Kota Batu, iKoneksi.com — Kota Batu, destinasi wisata unggulan di Jawa Timur, kembali menghadapi masalah lama yang belum kunjung terselesaikan: keterbatasan lahan parkir. Setiap akhir pekan dan musim libur, ribuan kendaraan memadati kota ini. Sayangnya, fasilitas parkir yang tersedia tak sebanding dengan lonjakan jumlah pengunjung.
Parkir Jadi Mimpi Buruk Wisatawan
Salah satu wisatawan asal Jakarta, Bredly, mengungkapkan kekesalannya terhadap kondisi parkir yang ada di Kota Batu dikarenakan tempat untuk parkir sangar susah didapatkan. Ia mengungkapkan jika sudah sering ke Kota Batu untuk berwisata namun permasalahan yang sering dihadapi ialah parkir.
“Pemandangan pengunjung yang berputar-putar mencari tempat parkir kini menjadi hal biasa di pusat Kota Batu. Tak jarang, mereka terpaksa parkir sembarangan di tepi jalan, bahkan di area yang seharusnya steril dari kendaraan. Akibatnya, kemacetan pun tak terhindarkan, terutama di titik-titik padat seperti Alun-Alun Kota Batu, Jalan Semeru, dan kawasan wisata utama,” kata Bredly kepada iKoneksi.com saat ditemui di Alun-alun Kota Batu, Kamis (3/7/2025).
“Tepi jalan pun sangat terbatas, tidak bisa mau ditaruh di mana lagi? Akhirnya kembali lagi ke situ, parkir sembarangan,” kata Chilman Suadi, Kepala Bidang Parkir Dinas Perhubungan Kota Batu.
Petugas Terbatas, Pengawasan Lemah
Pemerintah Kota Batu sejatinya telah berupaya melakukan penataan, namun keterbatasan lahan dan sumber daya manusia menjadi hambatan besar. Menurut Chilman, pengawasan 24 jam tidak memungkinkan karena jumlah petugas parkir sangat terbatas.
“Satu petugas saja kewalahan menangani satu titik. Apalagi kalau harus mengawasi seluruh area pusat kota,” keluhnya.
Dampak Ekonomi: Wisatawan Putar Balik
Chilman mengungkapkan tak hanya mengganggu lalu lintas, persoalan parkir ini juga berdampak serius pada sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Banyak wisatawan memilih meninggalkan Kota Batu lebih awal, atau bahkan membatalkan kunjungan karena tak mendapat parkir.
“Ada yang sudah sampai Batu, tapi karena muter-muter nggak dapat parkir jadinya muncul keluhan. Maka kalau parkir di lokasi-lokasi pusat kota penuh dihimbau pengguna jasa untuk mencari lokasi parkir yg memadai di jalan-jalan lain yg masih longgar pulang,” terang Chilman.
Masalah Perilaku dan Kesadaran
Ironisnya, sosialisasi aturan parkir sudah sering dilakukan, tetapi tingkat kepatuhan masyarakat masih rendah. Parkir di trotoar, depan toko, atau persimpangan jalan masih dianggap wajar oleh sebagian warga maupun pengunjung.
“Perilaku buruk ini yang sulit diubah. Arahan sudah diberikan, tapi masih banyak yang cuek,” kata Chilman, menyayangkan rendahnya kesadaran kolektif.
Solusi Dibutuhkan: Tak Bisa Hanya Pemerintah
Keterbatasan lahan parkir menurut Chilman bukan sekadar masalah teknis, melainkan tantangan sosial yang membutuhkan penanganan menyeluruh. Pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Diperlukan keterlibatan sektor swasta, pengelola wisata, hingga masyarakat untuk menciptakan sistem parkir yang tertib dan efisien.
“Tanpa langkah konkret dan dukungan bersama, Kota Batu akan terus dibayang-bayangi kekacauan parkir, dan kenyamanan berwisata bisa berubah menjadi mimpi buruk,” tukas Chilman. (04/iKoneksi.com)