Bali, Kasus Bundir Tertinggi Di Indonesia

Berita, Nasional210 Dilihat

DENPASAR – iKoneksi.com
Perkembangan dinamika sosial serta kompleksitas kehidupan masa kini, seakan memberikan dampak psikis bagi masyarakat di Pulau Dewata. Terutama generasi muda yang aktifitasnya dalam beberapa tahun belakangan, mengalami perubahan drastis. Hal ini ditengarai turut mempengaruhi naiknya jumlah bunuh diri di kalangan remaja Bali.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Goodstats pada medio 2024, menempatkan Bali sebagai provinsi tertinggi angka bunuh dirinya di Indonesia. Aceh, provinsi yang kecil angka bunuh dirinya.
Menurut pengamatan psikolog di Denpasar, Ngakan Bagus Karunia, S.Psi., harus dilakukan penelitian mendalam, mengapa Bali menjadi provinsi paling tinggi kasus bunuh dirinya.

“Apakah ada korelasinya Bali sebagai daerah wisata. Karena Yogyakarta pun sebagai daerah pariwisata kasus bunuh diri nya juga tinggi,” ungkap Bagus di Denpasar, Jumat (16/08/2024).

Disebutkannya, kalau secara umum kasus bunuh diri (Bundir), disebabkan oleh multi faktor.
Bisa oleh faktor dari dalam seperti penyakit atau gangguan kepribadian dan faktor psikosocial seperti tekanan sosial, bullying, terjebak pinjol, dan lain-lain.

“Di balik itu, menurut saya EQ atau kecerdasan emosi cukup besar peranannya dalam kasus bundir. Kebanyakan orangtua selama ini terlalu fokus pada IQ atau kecerdasan intelektual saja, tanpa memperhatikan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi yang rendah salah satunya ditandai dengan ketidakmampuan seseorang menghadapi tekanan sosial,” jelasnya.

Media sosial juga punya andil dalam meningkatnya kasus bundir. Dengan informasi yang mudah tersebar, orang jadi cenderung meniru solusi cepat dalam mengatasi beban masalah yang dialaminya.
Hal berbeda disampaikan I Gede Agus Sanjaya, ST. Pria yang aktif dalam berbagai aktivitas sosial dan bisnis di Denpasar ini mengatakan, ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya bunuh diri di Bali.

“Tetapi yang pasti disebabkan oleh tuntutan kehidupan yaitu ekonomi dan sosial. Kemudian yang marak terjadi sekarang ini adalah bullying,” kata Agus.
Menurut I Nyoman Adi Mayndra,SS, berprofesi sebagai manajer kredit pada salah – satu koperasi di Bali mengatakan, Bundir di Bali bisa jadi berbeda tingkatannya pada setiap orang.
“Ada contoh dulu waktu SD saya pernah baca kasus di koran anaknya udah usia kuliah. Saya kurang tahu kalau anak itu kuliah atau tidak. Dia minta dibelikan motor sama bapaknya. Bapaknya malah membelikan mobil. Eh, anaknya malah bunuh diri,” ucap Adi menceritakan Bundir yang unik.

Dia menduga, peningkatan Bundir belakangan mungkin karena ada pikiran, berani bunuh diri adalah sesuatu yang keren yang paling mungkin dilakukan untuk “making a statement pada targetnya”.

Tanggapan berbeda disampaikan I Gusti Ayu Kartika Sari, SH, seorang praktisi hukum. Menurutnya, main di sosial media (Sosmed) terlalu dini, juga dapat menjadi penyebab orang melakukan Bundir.

“Tayangan adegan Bundir di Medsos yang seharusnya belum pantas dia lihat, malah dinikmatinya. Sehingga dia berpikir kalau Bundir adalah sebuah solusi dalam mengatasi masalah yang sedang dia alami,” beber Gek Cik, sapaan akrabnya.

Sedangkan dari sisi agama Hindu, DR. I Putu Sastra Wibawa, SH, MH yang merupakan akademisi pada kampus agama Hindu di Bali menguraikan, Bundir termasuk Ulah Pati. Ulah adalah tindakan, sedangkan Pati adalah kematian. Ulah Pati artinya tindakan sendiri yang membuat kematian.

Faktor pemicu yang mendominasi yakni keputusasaan, perasaan tertekan, dan juga masalah ekonomi. Untuk itu diperlukannya pergaulan yang sehat. Keterbukaan dalam keluarga menjadi cara terbaik untuk menghindari hal itu.

“Di Bali, kegiatan para pemuda di bidang adat, agama, dan budaya perlu digalakkan sehingga dapat membuka ruang-ruang interaksi.
Salah satu cara konkritnya dengan menggalakkan aktivitas kebudayaan di bale Banjar bagi para pemuda Bali,” tuntasnya. (Sadhu Gunawan/iKoneksi.com)

Komentar