banner 728x250

Grebeg Ketupat Batu, Tradisi Pemersatu dan Pemersih Hati

  • Bagikan
banner 468x60

Kota Batu, iKoneksi.com – Meski Hari Raya Idulfitri telah berlalu, kemeriahan Syawal tetap menggema di Kota Batu melalui sebuah tradisi yang kental nuansa budaya dan spiritual: Grebeg Ketupat Syawal 1446 H. Kegiatan yang digelar pada Jumat (11/4/2025) ini bukan hanya menjadi penanda berakhirnya bulan Ramadan, tetapi juga sebagai simbol syukur, silaturahmi, dan pelestarian budaya warisan leluhur.

Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang rute pawai budaya, dari Pendopo Rumah Dinas Wali Kota Batu hingga Alun-Alun Kota Batu. Mereka datang dengan penuh antusias, meskipun hujan deras sempat mengguyur kawasan tersebut. Namun cuaca tak menyurutkan semangat masyarakat. Semuanya tetap bertahan, berselimut jas hujan dan payung, demi menyaksikan sajian budaya yang menggugah rasa cinta tanah air dan kearifan lokal.

Wali Kota Batu, Nurochman, hadir langsung membuka acara. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur atas berlangsungnya Grebeg Ketupat dan mengajak seluruh warga untuk terus melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari jati diri Kota Batu.

“Grebeg Ketupat ini adalah wujud rasa syukur setelah menjalankan ibadah Ramadan dan merayakan Idulfitri. Kupat, lepet, dan lontong sayur bukan sekadar makanan, tetapi simbol persaudaraan, pembersihan diri, dan keberkahan. Mari kita jaga bersama budaya luhur ini,” kata Nurochman dengan penuh semangat.

Lebih dari 300 kelompok seni turut memeriahkan perhelatan ini. Deretan atraksi budaya seperti Tumpeng Agung Ketupat, Sanggabraja, Jaran Pecut Janur, hingga pertunjukan unik Mbok Ireng Sodok Lanang tampil memukau dan membuat para penonton tak beranjak dari tempatnya. Derap Rampak Terbang Jidor, harmoni Gambus Jalsah Jim Jim, dan irama kuat dari Drumband B-One Ansor Junrejo menjadikan suasana semakin semarak.

“Di antara penampilan tersebut, Kereta Blenggur Kompeni menjadi salah satu yang paling menarik perhatian. Miniatur kereta kolonial yang diarak dengan pakaian tradisional menjadi simbol perpaduan antara sejarah dan seni pertunjukan. Kegiatan ini pun terasa semakin spesial dengan adanya tumpeng buah, tumpeng sayur, dan tumpeng hadiah yang berisi lebih dari 100 doorprize untuk warga yang hadir,” jelas Nurochman.

Onny Ardianto, Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, menegaskan Grebeg Ketupat bukan sekadar perayaan, melainkan manifestasi kebersamaan dan promosi budaya.

“Ini bukan hanya hiburan, tapi juga bentuk penguatan identitas kita. Grebeg Ketupat menyatukan masyarakat dalam nuansa syukur, ukhuwah Islamiyah, dan semangat gotong royong. Sekaligus menjadi promosi wisata budaya Kota Batu yang kaya makna,” jelas Onny.

Tradisi Grebeg Ketupat sendiri dikenal luas di berbagai daerah di Pulau Jawa. Filosofinya dalam anyaman janur dan isi beras pada ketupat mengandung pesan mendalam: ketulusan, pembersihan diri, dan harapan akan keberkahan.

“Ketupat tidak hanya disantap, tapi juga dibagikan dalam semangat berbagi dan sedekah, menebar kebaikan kepada sesama,” sebut Onny.

Tak hanya menjadi ajang budaya, kegiatan ini juga memperkuat jalinan silaturahmi antarwarga dan antarinstansi. Hadir dalam acara tersebut jajaran Forkopimda, Sekretaris Daerah Kota Batu, tokoh masyarakat, hingga pimpinan perhotelan dan pelaku pariwisata.

“Dengan semangat pelestarian budaya, Grebeg Ketupat di Kota Batu kini telah menjadi agenda tahunan yang dinanti masyarakat dan wisatawan. Selain merawat akar tradisi, kegiatan ini juga menjadi magnet pariwisata yang menampilkan wajah asli Kota Batu: hangat, guyub, dan sarat makna,” ungkap Onny

“Pemerintah Kota Batu berharap, melalui agenda ini, masyarakat makin bangga dengan warisan leluhurnya dan ikut serta menjaga tradisi yang menjadi warisan tak ternilai bagi generasi mendatang,” pungkas Onny. (04/iKoneksi.com)

banner 325x300banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *