Jakarta, iKoneksi.com – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengambil keputusan tegas dan mengejutkan dengan mencopot Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI, Amirul Wicaksono. Keputusan ini diumumkan dalam rapat tertutup bersama jajaran direksi Bank DKI pada Selasa, (8/4/2025), dan disampaikan langsung oleh Pramono melalui akun Instagram resminya, @pramonoanungw.
Langkah ini menyusul terjadinya gangguan layanan digital Bank DKI yang sempat menghebohkan publik, terutama saat momen krusial menjelang malam takbiran. Layanan yang terganggu menimbulkan ketidaknyamanan di kalangan nasabah dan menurunkan kredibilitas Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut.
“Jadi, untuk itu, saya akan putuskan pembebastugasan Direktur IT segera dan harus dilakukan sekarang,” kata Pramono dengan nada serius dalam video rapat tertutup yang diunggahnya.
Gangguan yang Tak Bisa Ditoleransi
Gangguan teknis pada sistem digital Bank DKI bukan kali pertama terjadi, namun kali ini dianggap sebagai yang paling fatal. Sistem digital yang seharusnya menjadi tulang punggung operasional justru lumpuh di saat masyarakat sangat membutuhkannya. Tak sedikit transaksi yang gagal, antrean nasabah mengular di kantor cabang, hingga keluhan membanjiri media sosial. Situasi ini mempermalukan Bank DKI sebagai institusi keuangan milik pemerintah daerah yang seharusnya menjadi contoh transformasi digital. Pramono, yang dikenal tegas dan tak segan mengambil langkah cepat, menyebut pemecatan ini sebagai bentuk akuntabilitas publik.
Berapa Gaji Direktur IT Bank DKI?
Pemecatan Amirul juga menyorot perhatian publik pada besaran gaji dan fasilitas yang diterima oleh direksi Bank DKI. Berdasarkan Laporan Tahunan 2023 PT Bank DKI, total remunerasi untuk enam orang direksi mencapai Rp29,7 miliar dalam setahun. Artinya, secara rata-rata setiap direksi mengantongi sekitar Rp412 juta per bulan.
Komponen penghasilan ini terdiri dari gaji, bonus, tunjangan hari raya, tunjangan jabatan, fasilitas kendaraan, asuransi, hingga keanggotaan klub dan bantuan hukum. Dengan penghasilan sebesar itu, publik semakin menuntut kinerja profesional dan tanggung jawab penuh dari para pejabatnya.
Kekayaan Fantastis Amirul
Selain gaji fantastis, Amirul juga diketahui memiliki harta kekayaan yang tak kalah mencengangkan. Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jumlah kekayaan Amirul terus meroket sejak menjabat sebagai Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI pada 2021.
Pada 2021, Amirul tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp8,3 miliar. Setahun kemudian, naik menjadi Rp9,7 miliar. Laporan terakhirnya yang disampaikan pada 25 Maret 2024 menunjukkan angka kekayaan sebesar Rp12,3 miliar.
Rincian hartanya mencakup enam bidang tanah dan bangunan senilai Rp7 miliar lebih yang tersebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, dan Magelang. Ia juga tercatat memiliki empat unit kendaraan, termasuk Mazda CX-5 tahun 2016 senilai Rp250 juta dan motor Kawasaki W175 tahun 2019.
Apa Selanjutnya untuk Bank DKI?
Pemecatan Amirul Wicaksono membawa pesan kuat dari Gubernur Pramono bahwa kegagalan sistem digital di era modern tak bisa dianggap remeh. Bank DKI, sebagai BUMD yang memegang peran strategis dalam sistem keuangan ibu kota, kini dituntut untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh dan menyiapkan sosok pengganti yang lebih kapabel.
Langkah berikutnya yang ditunggu publik adalah sejauh mana reformasi digital akan dilakukan di tubuh Bank DKI. Akankah bank milik Pemprov DKI ini sanggup bangkit dari krisis kepercayaan, atau justru akan kembali tergelincir dalam permasalahan sistemik?
Yang jelas, keputusan Gubernur Pramono telah membuka babak baru dalam pengawasan kinerja BUMD di Jakarta. Dan satu pesan tersirat cukup jelas: jabatan tinggi, gaji besar, dan kekayaan melimpah tak akan cukup jika tak disertai tanggung jawab dan kinerja nyata. (04/iKoneksi.com)
