DENPASAR, iKoneksi.com – Beragam bentuk dan sarana menyatu dalam aktivitas kebudayaan dan keagamaan di Bali. Salah satu sarananya adalah tedung Bali. Tedung digunakan sebagai peneduh pada tempat suci sehingga dapat mengiringi prosesi sembahyang umat Hindu dalam kaitan ritual lainnya untuk pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Tedung jika diharfiahkan ke dalam bahasa Indonesia bermakna payung besar yang berbahan kain dan kayu serta berornamen khas Bali. Salah satu usaha yang melestarikan pembuatan tedung Bali bernama Tedung Bali Taksu yang berlokasi di Abiantuwung atau sebelah barat Mengwitani, perbatasan Badung dan Tabanan.
Menurut pengrajin Tedung Agung yang ditemui di sela-sela kesibukannya mengatakan untuk harga bervariasi tergantung ukuran dan bentuk tedung. Harganya kisaran Rp 350 ribu hingga Rp 1 jutaan.
Penggunaan tedung ada beberapa makna seperti penjelasan dari Anak Agung Ngurah Tisnu Nugraha,S.Sn., salah seorang alumni ISI Denpasar. Tedung Agung itu yang digunakan pada tempat suci, berfungsi sebagai pelindung umat, dan sesuai dengan Ista Dewata atau dewata nawa sanga, simbolis warna sebagai pengider atau stana dewata. Tedung Kerajaan, berfungsi untuk seorang raja, sebagai tanda bisa meneduhkan wilayah dan rakyat dari segala macam masalah. Makna dari Tedung Kerajaan adalah melindungi rakyat, sehingga mampu merangkul semua rakyatnya.
“Jika dalam pertunjukan, tergantung tema ataupun latar pertunjukan yang digunakan. Jika suasana parhyangan atau tempat suci, tedung sebagai sinar suci. Kalau temanya tentang kepahlawanan atau heroik yang berisikan cerita kerajaan di dalamnya, tentunya tedung berfungsi mewakili pemilik kerajaan yang bijaksana dan mampu mengayomi masyarakatnya,” tuntas Tisnu yang juga seniman tabuh gamelan Bali. (Sadhu Gunawan/iKoneksi.com)
Komentar