Kenduri Cinta Menggelar Diskusi Mendalam tentang Demokrasi dan Kearifan Lokal

Jakarta, iKoneksi.com – Kenduri Cinta kembali menggelar acara yang penuh inspirasi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kali ini, mereka mengundang salah satu tokoh intelektual muda yang tengah mencuri perhatian dunia akademik, Bagus Muljadi, yang lebih akrab dipanggil Mas Bagus. Dalam kesempatan itu, Mas Bagus berbicara dalam sebuah bincang bertajuk Tanah Air Paradoks, yang mengupas tema besar tentang demokrasi, pengetahuan lokal, dan tantangan-tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Tema ini mengundang banyak perhatian karena membahas masalah yang seringkali terlupakan dalam diskusi politik dan sosial di tanah air, yakni pengaruh pengetahuan Barat dan penolakan terhadap kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Mas Bagus, seorang profesor muda di Nottingham University, memulai diskusi dengan sebuah kritik tajam terhadap fenomena yang selama ini dikenal dengan sebutan epistemic colonialism. Dalam pandangannya, Indonesia sering kali terlalu bergantung pada pengetahuan Barat, sementara nilai-nilai dan kearifan lokal yang telah ada jauh sebelumnya sering kali diabaikan atau bahkan dianggap tidak relevan.

“Indonesia, dengan segala potensi dan kekayaan budayanya, sering kali terjebak dalam ketergantungan terhadap pengetahuan Barat. Padahal, kita memiliki pengetahuan lokal yang bisa menjadi dasar untuk menghadapi tantangan zaman,” ujarnya dengan tegas.

Mas Bagus mengingatkan bahwa demokrasi, meskipun menawarkan kebebasan suara kepada rakyat, tidak luput dari paradoks. Di satu sisi, demokrasi memberi hak suara kepada semua pihak, tetapi di sisi lain, ada risiko yang lebih besar, yakni tirani mayoritas yang bisa menindas kelompok-kelompok minoritas. Menurutnya, ini adalah tantangan besar dalam sistem demokrasi yang harus terus-menerus diwaspadai. Ia menekankan pentingnya ruang terbuka bagi berbagai ide dan perspektif untuk menjaga keseimbangan sosial dan politik. Untuk memperjelas pandangannya, Mas Bagus memberi contoh konkret dari Yogyakarta, yang menurutnya mencerminkan ketidaksesuaian antara kebijakan pemerintah dan pengetahuan lokal yang kaya. Ia menyoroti hubungan erat antara Gunung Merapi, laut selatan, dan kehidupan masyarakat setempat, yang telah diwariskan secara turun-temurun.

“Namun, keputusan pemerintah untuk menambang pasir yang merusak lingkungan di kawasan tersebut, katanya, adalah bukti nyata dari ketidakpedulian terhadap nilai-nilai lokal yang sakral. Penambangan pasir di daerah ini bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga melupakan kearifan lokal yang sudah ada sejak ratusan tahun. Ini adalah contoh bagaimana kebijakan-kebijakan yang tidak mempertimbangkan pengetahuan lokal bisa berbahaya bagi keberlanjutan hidup manusia dan alam,” ungkapnya.

Dalam diskusi tersebut, Mas Bagus juga menyuarakan perlunya adanya narasi baru yang dapat memandu Indonesia menghadapi tantangan lingkungan hidup dan geopolitik yang semakin kompleks. Narasi ini, menurutnya, harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang potensi ilmiah dan kearifan lokal.

“Kita tidak bisa terus mengandalkan narasi yang sama. Kita harus membangun sebuah cerita baru yang mencerminkan kekayaan pengetahuan yang ada di Indonesia,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Mas Bagus juga menekankan peran penting pendidikan dalam menciptakan ruang diskusi yang bebas dan terbuka bagi semua ide. Menurutnya, institusi pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi tempat di mana pemikiran kritis dapat berkembang.

“Open society adalah kunci untuk mencegah populisme yang merusak demokrasi. Jika kita terus menerus tertutup terhadap ide-ide baru, kita akan terjebak dalam stagnasi,” katanya.

Sebagai penutup, Mas Bagus menegaskan pentingnya tindakan nyata untuk mewujudkan narasi baru yang mencerminkan kekayaan budaya dan ilmu pengetahuan Indonesia. Ia mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk berkomitmen dalam melindungi lingkungan hidup dan menghargai pengetahuan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini.

“Narasi itu tidak bisa diciptakan dalam semalam. Kita perlu komitmen jangka panjang untuk melindungi lingkungan dan menghargai pengetahuan lokal,” tegasnya.

Mas Bagus berharap Indonesia dapat memperkuat posisinya di kancah internasional dengan menunjukkan bahwa negara ini memiliki solusi ilmiah yang berakar pada kearifan lokal untuk menghadapi tantangan global saat ini.

“Dengan langkah-langkah konkret, Indonesia dapat menjadi negara yang tidak hanya peduli terhadap keberlanjutan lingkungan, tetapi juga memperkaya dunia dengan pengetahuan yang berasal dari akar budaya yang sangat berharga,” pungkasnya. (04/iKoneksi.com)

Komentar