Kota Pematangsiantar, iKoneksi.com – Proyek Strategis Nasional (PSN) pembangunan jalan tol di Kota Pematang Siantar menuai kritik tajam dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Pematang Siantar, Akbar Pulungan, yang menyoroti dampak negatif proyek ini terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Ia menilai proyek yang dikerjakan oleh PT Hutama Karya (HK) tersebut tidak hanya sarat kepentingan dan permasalahan, tetapi juga telah menimbulkan polusi parah di kawasan padat penduduk. Menurut Akbar, pihak PT Hutama Karya terkesan apatis terhadap kondisi lingkungan sekitar proyek. Ia menyoroti mobilitas tinggi kendaraan pengangkut material yang menyebabkan pencemaran udara dan kerusakan infrastruktur jalan.
“Hal ini terutama dirasakan oleh masyarakat di Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematang Siantar, yang kini harus hidup di tengah kepungan debu dan jalanan rusak akibat aktivitas proyek. Lingkungan yang dulunya asri kini berubah seperti permukiman kumuh. Debu menyelimuti rumah warga, jalanan mulai retak, dan pihak PT HK seolah menutup mata terhadap kondisi ini,” tegas Akbar dalam keterangannya, Senin (10/3/2025).
Ia mengatakan keberadaan proyek ini seharusnya membawa manfaat bagi masyarakat, bukan justru menciptakan masalah baru. Akbar menyoroti minimnya upaya mitigasi dampak lingkungan dari PT Hutama Karya. Menurutnya, sebagai perusahaan yang mengerjakan proyek strategis nasional, PT HK seharusnya memiliki standar pengelolaan lingkungan yang baik, bukan membiarkan masyarakat sekitar proyek menanggung dampaknya tanpa solusi.
“Seharusnya pihak PT HK lebih responsif terhadap lingkungan sekitar. Kami sudah berkali-kali merasakan dampak buruknya, tapi respons mereka justru nihil. Tidak ada langkah konkret untuk mengurangi polusi ini,” keluhnya.
Jalanan Retak, Kualitas Hidup Warga Menurun
Salah satu dampak paling nyata dari proyek tol ini adalah kerusakan jalan di sekitar area proyek. Mobil pengangkut material yang bermuatan berlebih (overload) disebut sebagai penyebab utama aspal jalan mulai retak dan berlubang. Kondisi ini tidak hanya membahayakan pengguna jalan, tetapi juga berisiko merusak infrastruktur lain di sekitarnya.
“Tak hanya itu, polusi udara dari debu proyek telah mengganggu kesehatan warga, terutama anak-anak dan lansia. Banyak warga mengeluhkan gangguan pernapasan, iritasi mata, dan ketidaknyamanan akibat debu yang terus berterbangan. Beberapa bahkan harus menutup jendela rumah sepanjang hari agar tidak terkena dampaknya,” jelas Akbar.
“Dulu, kami bisa menghirup udara segar di pagi hari. Sekarang, yang kami hirup hanya debu proyek. Setiap hari rumah kami dipenuhi debu, pakaian yang dijemur cepat kotor, dan anak-anak sering batuk,” ungkap salah satu warga Gurilla yang enggan disebutkan namanya.
Akbar menekankan kondisi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ia mendesak PT Hutama Karya untuk segera mengambil langkah konkret dalam menangani dampak lingkungan proyek. Salah satu solusi yang diusulkannya adalah penyiraman jalan secara rutin untuk mengurangi debu, perbaikan jalan yang rusak, serta pembatasan kendaraan proyek yang melebihi kapasitas angkut.
“Kalau proyek ini tetap berjalan tanpa solusi terhadap dampak lingkungannya, maka masyarakat yang akan terus dirugikan. Kami meminta PT HK segera turun tangan sebelum situasi ini semakin buruk,” tegasnya.
Menunggu Tanggapan PT Hutama Karya
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak PT Hutama Karya terkait kritik yang disampaikan oleh Akbar Pulungan dan masyarakat sekitar. Namun, desakan agar perusahaan lebih peduli terhadap kondisi lingkungan semakin menguat. Banyak pihak berharap agar proyek ini tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang terdampak langsung. Jika tidak, bukan tidak mungkin keluhan dan penolakan terhadap proyek ini akan semakin meluas. (04/iKoneksi.com)