Layangan Dan Pariwisata Di Bali

Berita386 Dilihat

DENPASAR, iKoneksi.com – Bermain layangan tradisional di Bali merupakan hobi sekaligus sebagai sarana promosi kepariwisataan. Bahkan di Bali, keberadaan layangan tradisional merupakan sebuah tradisi yang di dalamnya melekat kaitan budaya berdimensi religius. Makanya, kadangkala sebelum layangan dinaikkan, ada dibuat semacam upacara yang sering disebut pasupati. 

Para penggemar layangan tidak hanya anak-anak, namun juga orang dewasa, Mereka biasanya disebut Rare Angon. 

Menurut Mang Chrisna, salah seorang pembuat layangan tradisional di Denpasar, kalau saat ini dalam pembuatan layangan sudah ada inovasinya. Inovasi layangan bisa dirakit saat akan diterbangkan. Ini bagi para hobis disebut knock down. 

“Selain itu, layangan akan lebih mudah dibawa dalam ukuran besar ke lokasi bermain layangan,” imbuhnya. 

Chrisna mengatakan, bahan yang digunakan untuk membuat layangan adalah bambu jenis petung dan santong. Ukuran layangannya bisa sampai 11 meter.

Untuk menghasilkan suara nyaring, di atas layangan diberikan guangan yang talinya berasal dari rotan. Saat layangan naik ke udara, terdengar bunyi dari atas.

Chrisna juga mengaku sebagai karyawan di salah satu bank di Bali, mengatakan kalau aktivitas festival layangan di Bali, biasanya digelar pada bulan Juni, Juli, hingga Agustus. Pada bulan itu, kondisi angin sangat cocok untuk menerbangkan layangan. 

“Bahkan saat ada lomba atau festival, hampir 1000 layangan mengudara di langit. Hal ini menjadikan salah satu atraksi wisata di Pulau Dewata,” bebernya penuh semangat. 

Diungkap Chrisna, keberadaan komunitas pecinta layangan banyak ditemui di Denpasar,. Salah satu lokasi favoritnya adalah di Pantai Mertasari. Selain dapat menikmati panorama pantai, masyarakat juga dapat menyaksikan festival layangan dari dari dekat. (Sadhu Gunawan – iKoneksi.com)

Komentar