Memanas! Hasto akan Kirim Buku Sabam Sirait Dampak Pernyataan Maruar Pada Pilgub Jakarta

Jakarta, iKoneksi.com – Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, merespons pernyataan Maruarar Sirait dengan mengumumkan rencana pengiriman buku berjudul Sabam Sirait: Politik Itu Suci. Buku tersebut memuat profil mendalam tentang Sabam Sirait, sosok penting sekaligus salah satu pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang tak lain adalah ayah dari Maruarar Sirait.

Pengiriman buku tersebut disebabkan Maruarar Sirait, yang akrab disapa Ara, membuat pernyataan yang dinilai menyinggung isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), hingga Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, berencana mengirimkan buku karya Sabam Sirait sebagai tanggapan.

Sabam Sirait, pendiri PDIP sekaligus ayah Maruarar, adalah tokoh politik yang dihormati dan meninggal dunia pada 29 September 2021.

Pernyataan Ara yang menuai kritik adalah komentarnya mengenai pasangan Pramono Anung-Rano Karno, yang menurutnya berpotensi kehilangan dukungan pemilih non-Muslim karena didukung oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Hasto menilai pernyataan tersebut tidak sesuai dengan semangat kebangsaan yang mengedepankan persatuan tanpa memandang perbedaan. Oleh karena itu, ia berniat memberikan buku Politik Itu Suci kepada Ara, dengan harapan nilai-nilai luhur yang diusung Sabam Sirait dapat menjadi bahan refleksi.

Mengenang Kiprah Sabam Sirait

Sabam Sirait, yang wafat pada 2021, dikenal sebagai politisi yang konsisten memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Sebagai salah satu tokoh utama yang merumuskan dasar-dasar ideologi PDIP, kiprahnya di dunia politik selama lebih dari lima dekade menjadi warisan yang tak ternilai bagi partai berlambang banteng tersebut.

Hasto menekankan Sabam adalah tokoh yang tidak hanya menginspirasi PDIP, tetapi juga bangsa Indonesia.

“Beliau mengajarkan kita untuk selalu teguh pada prinsip dan menjunjung tinggi integritas, meski di tengah tekanan politik yang berat,” katanya.

Profil Sabam Sirait

Sabam Gunung Pinangian Sirait, lahir pada 13 Oktober 1936 di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara, adalah tokoh yang berpengaruh dalam politik Indonesia. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Nasrani Medan pada tahun 1955, ia melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (D-2) dan lulus pada tahun 1958.

Karier awal Sabam dimulai sebagai pegawai administrasi di SMA Persatuan Sekolah Kristen Djakarta (PSKD) pada 1957-1958, kemudian bekerja di Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta pada 1958–1960. Di masa yang sama, ia aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), menjabat sebagai Ketua GMKI Cabang Jakarta pada 1958-1960.

Keaktifan Sabam di dunia organisasi membawanya terjun ke politik, dimulai dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Ia menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Parkindo (1961-1967), kemudian menjadi Sekjen Parkindo (1967-1973). Ketika fusi partai diberlakukan pada era Orde Baru, Sabam turut membidani pembentukan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan menandatangani deklarasi pembentukannya pada 10 Januari 1973. Ia menjadi Sekjen PDI selama tiga periode, dari 1973 hingga 1986.

Setelah reformasi, Sabam menjadi salah satu pendiri Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada September 1998 dan menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Pusat PDIP hingga 2008.

Di dunia legislatif, Sabam memiliki rekam jejak panjang. Ia menjadi anggota DPR Gotong Royong (1967-1973), Anggota DPR RI (1973-1982 dan 1992-2009), serta Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2019-2024. Selain itu, ia juga pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI periode 1983-1993. Pada tahun 2013, ia mencalonkan diri sebagai anggota DPD dari Dapil DKI Jakarta.

Atas dedikasinya, Sabam Sirait dianugerahi Bintang Mahaputera. Sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah politik Indonesia, Sabam terus dikenang sebagai figur yang berkomitmen pada perjuangan demokrasi dan keadilan. (04/iKoneksi.com)

Komentar