Kab Malang, iKoneksi.com – Muhammadiyah kembali menegaskan komitmennya dalam membangun ekonomi berbasis etika dan nilai keagamaan. Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang Ekonomi yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P., menegaskan umat Islam harus mengubah mindset bisnis, dari sekadar mencari keuntungan menjadi sarana untuk menebar berkah dan kemaslahatan bersama.
“Muhammadiyah menyadari di tengah perkembangan pesat dunia usaha, masih banyak yang memandang bisnis sebagai sesuatu yang kotor, penuh dengan praktik curang dan manipulasi. Namun, Muhammadiyah ingin mengubah paradigma ini dengan mengenalkan konsep kapitalisme religius—yaitu sistem ekonomi yang tetap berorientasi pada keuntungan, tetapi dengan landasan etika yang kuat, kejujuran, dan tanggung jawab sosial,” kata Muhadjir.
Kapitalisme Religius: Bisnis yang Menguntungkan dan Berkah
Dalam forum tersebut, Muhadjir menekankan bisnis dan agama tidak perlu dipandang sebagai dua entitas yang bertentangan. Justru, bisnis yang dikelola dengan prinsip agama yang kokoh akan menciptakan kesejahteraan yang lebih luas, bukan hanya untuk pemilik usaha tetapi juga bagi masyarakat.
“Kapitalisme yang lahir dengan prinsip agama yang kuat tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membawa berkah bagi umat,” ujarnya.
Muhammadiyah pun berusaha membangun generasi kapitalis yang agamis, yang tidak hanya mengejar keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab moral dalam setiap keputusan bisnisnya.
“Prinsip ini diharapkan dapat menciptakan dunia usaha yang lebih sehat, bersih, dan jauh dari praktik-praktik kecurangan yang merugikan banyak pihak,” sebutnya.
Transformasi Birokrasi dan Kepemilikan Bisnis
Selain perubahan mindset, Muhammadiyah juga menyoroti pentingnya reformasi birokrasi dalam organisasi. Menurut Muhadjir, sistem birokrasi yang kaku justru bisa menghambat pertumbuhan bisnis dan inovasi. Oleh karena itu, Muhammadiyah berkomitmen untuk membangun sistem yang lebih fleksibel, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
“Salah satu inovasi menarik yang diperkenalkan Muhammadiyah adalah kepemilikan bisnis yang lebih terbuka. Jika sebelumnya bisnis sering kali hanya dikelola oleh pengurus organisasi, kini Muhammadiyah ingin memberikan kesempatan bagi warga Muhammadiyah dan mitra lain untuk ikut berkontribusi dalam usaha kolektif. Bisnis yang sukses bukan hanya dimiliki oleh segelintir orang, tetapi harus melibatkan banyak pihak agar manfaatnya bisa lebih luas,” papar Muhadjir.
Mentari Mart: Membangun Ekosistem Ritel yang Mandiri
Dalam dunia ritel, Muhammadiyah juga mengambil langkah besar dengan menghadirkan Mentari Mart sebagai jaringan distribusi produk-produk berkualitas dengan harga lebih terjangkau. Mentari Mart bukan hanya sekadar bisnis, tetapi juga menjadi platform bagi UMKM Muhammadiyah untuk memperluas pasarnya.
“Namun, Muhammadiyah tetap mengutamakan standar kualitas. Produk yang masuk ke Mentari Mart harus memenuhi kelayakan dari segi mutu dan kemasan. Jika ada produk yang belum memenuhi standar, pihak outlet akan membantu membina agar produk tersebut bisa lebih kompetitif di pasar. Kami mengontrol sendiri sirkulasi barang yang ada di Mentari Mart, tanpa ada campur tangan dari pihak luar. Semua diatur oleh manajemen Muhammadiyah untuk menjaga integritas bisnis ini,” jelas Muhadjir.
Bisnis Sosial: Masa Depan Ekonomi Muhammadiyah
Selain sektor ritel, Muhammadiyah juga aktif dalam dunia kesehatan dan pendidikan. Salah satu contohnya adalah infus Suryavena, produk infus buatan Muhammadiyah yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
“Agar distribusinya lebih efektif, Muhammadiyah akan menggunakan peta geospasial untuk menentukan wilayah potensial bagi pengembangan outlet bisnisnya. Pendekatan berbasis data ini akan mengurangi risiko kegagalan dan memastikan bahwa setiap investasi dilakukan dengan perhitungan matang,” terangnya.
Di bidang pendidikan, Muhammadiyah juga mulai mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke dunia bisnis. Salah satu caranya adalah dengan memberdayakan siswa-siswi SMK Muhammadiyah jurusan perniagaan agar mereka bisa menjadi tenaga kerja terampil di berbagai unit usaha Muhammadiyah, termasuk di Mentari Mart.
“Saya punya mimpi bahwa di masa depan, bisnis sosial bisa menjadi kekuatan utama ekonomi kita, setelah BUMN, swasta, dan koperasi,” tutur Muhadjir optimis.
Membangun Masa Depan Ekonomi yang Berkeadilan
Dengan semangat kapitalisme religius, transformasi birokrasi, dan pemberdayaan ekonomi umat, Muhammadiyah semakin memantapkan langkahnya dalam menciptakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
“Muhammadiyah tidak hanya ingin menjadi organisasi besar, tetapi juga agen perubahan sosial dan ekonomi yang benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat luas. Perubahan besar membutuhkan keberanian. Jika ingin maju, kita harus berani melangkah,” beber Muhadjir.
“Dengan strategi yang matang dan komitmen yang kuat, Muhammadiyah siap menjawab tantangan zaman dan membangun ekonomi berbasis nilai yang lebih adil, berdaya saing, dan membawa kesejahteraan bagi seluruh umat,” tandas Muhadjir. (04/iKoneksi.com)