Akademisi UMM: Pasar Induk Among Tani Destinasi Modern yang Menghidupkan Lokalitas

Kota Batu, iKoneksi.com- Di Kota Batu, sebuah pasar telah hadir dengan konsep yang unik dan menarik, memadukan modernitas dengan sentuhan lokal yang begitu khas. Pasar Induk Among Tani menjadi salah satu wajah baru dari pasar-pasar di Indonesia, yang tak hanya berfungsi sebagai pusat transaksi ekonomi, tetapi juga menjadi wadah interaksi sosial, budaya, dan bahkan potensi pariwisata.

Sekretaris Prodi Sosiologi S2 dan S3 DPPS Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rachmad K. Dwi Susilo, mengatakan, desain tata ruang, fasilitas, hingga atmosfer pasar induk Among Tani menjadikannya sebagai salah satu tempat yang pantas menjadi destinasi wisata di kota yang dikenal dengan julukan Swiss Kecil ini.

Pasar ini memikat perhatian sejak pandangan pertama. Bangunan modern yang dilengkapi dengan fasilitas seperti lift dan kios-kios permanen menunjukkan bahwa pasar tradisional kini telah bertransformasi menjadi tempat yang lebih tertata, bersih, dan ramah pengunjung.

“Tak hanya itu, keberadaan sistem parkir otomatis dan manual, serta pos polisi di area luar pasar menciptakan rasa aman dan nyaman bagi para pengunjung. Hal lain yang menarik adalah sentuhan arsitektur yang dirancang dengan mengedepankan estetika. Desainnya bukan hanya tentang fungsi, tetapi juga menghadirkan keindahan yang membuatnya terasa layak sebagai destinasi wisata,” jelas Rachmad.

Namun, di balik kemodernan tersebut, pasar ini tetap menjaga nuansa lokal khas Kota Batu. Beragam jenis dagangan, mulai dari pakaian, kuliner, hingga hasil bumi seperti sayuran segar dan buah-buahan, ditawarkan dengan suasana yang hangat. Ketika Anda melangkahkan kaki ke dalam pasar ini, Anda akan segera merasakan kehidupan warga lokal yang begitu autentik.

“Jajanan pasar tradisional mudah ditemui di berbagai sudut, memanjakan siapa saja yang merindukan cita rasa klasik. Bagi generasi muda pecinta kopi, kafe-kafe sederhana juga tersedia, menciptakan ruang bagi semua kalangan untuk merasa betah,” sebut Rachmad.

Keunikan lain yang membuat Pasar Induk Among Tani menonjol, menurutnya adalah interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Para pedagang dengan ramah menawarkan dagangan mereka, menciptakan suasana yang mencerminkan karakter masyarakat pedesaan guyub, rukun, dan penuh seduluran. Di pasar ini, transaksi bukan sekadar tentang jual beli, tetapi juga menjadi ajang bertukar kabar, berbagi informasi, hingga berbincang santai. Bahkan, proses tawar-menawar dilakukan dengan cara yang bersahabat, menambah kehangatan interaksi.

“Dari sudut pandang antropologi dan sosiologi, pasar ini merupakan potret kehidupan masyarakat Batu. Penulis dan peneliti masyarakat lokal menyebut konsep seperti ini sebagai Utabology sebuah istilah baru yang berakar dari pengalaman panjang menggali data tentang kehidupan warga Kota Batu. Istilah ini merangkum berbagai aspek seperti sejarah kota, lembaga sosial, dinamika politik, hingga potensi kepariwisataan dan pertanian. Data-data ini tidak hanya penting bagi pengambil kebijakan, tetapi juga dapat menjadi referensi dalam mengembangkan aktivitas rekayasa sosial,” ungkap Rachmad.

Kehadiran elemen lokalitas terasa hingga ke detail kecil. Misalnya, papan peringatan kebersihan yang menggunakan bahasa Jawa Timuran, atau aturan untuk melepas alas kaki sebelum memasuki area tertentu. Ini menunjukkan bahwa pasar tidak hanya sekadar tempat berjualan, tetapi juga ruang untuk melestarikan budaya lokal. Pasar Induk Among Tani berhasil menghadirkan pengalaman unik yang menggugah rasa penasaran sekaligus menciptakan rasa nyaman.

“Potensi pasar ini untuk menjadi destinasi wisata memang sangat besar. Berkaca pada Pasar Gedhe di Solo, yang menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun luar kota, Pasar Induk Among Tani memiliki peluang yang sama. Infrastruktur modern yang telah tersedia, harga barang yang kompetitif, dan akses yang mudah menjadi nilai tambah. Dengan menambahkan elemen unik yang hanya ada di pasar ini, bukan tidak mungkin pasar ini menjadi ikon baru pariwisata Kota Batu,” beber Rachmad.

Sebagai penutup, Pasar Induk Among Tani adalah lebih dari sekadar pasar. Ia adalah ruang hidup yang menyatukan berbagai elemen masyarakat, mempertemukan modernitas dan tradisi, sekaligus menjadi cerminan lokalitas yang tak lekang oleh waktu.

“Potensinya untuk berkembang sebagai destinasi wisata semakin nyata, membawa Kota Batu ke panggung pariwisata yang lebih luas,” tukasnya. (04/iKoneksi.com)

Komentar