Kota Surabaya, iKoneksi.com — Setelah menggelar aksi karangan bunga satire yang mengkritik Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumingraka, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (BEM FISIP Unair) dilaporkan masih menerima ancaman.
Aksi karangan bunga yang bertuliskan sindiran kepada presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029 ini semula diinisiasi sebagai bentuk protes atas pelanggaran HAM dan UU, terutama dalam hal HAM dan keadilan. Namun, setelah aksi tersebut, Presiden BEM FISIP Unair Tuffahati Ullyyah Bachtiar, mengaku mendapat pesan bernada ancaman, yang dinilai sebagai upaya pembungkaman terhadap suara mahasiswa.
Ketua BEM FISIP Unair, Tuffahati Ullyyah Bachtiar, mengungkapkan ancaman tersebut muncul dalam berbagai bentuk, baik melalui pesan singkat maupun media sosial.
“Kami merasa kebebasan berpendapat dan berekspresi terus diuji. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi mahasiswa dengan cara yang kreatif dan damai, tetapi malah berujung pada intimidasi,” kata Tuffa kepada iKoneksi.com saat dihubungi melalui Instagram Rabu (6/11/2024).
Tak hanya Tuffa, puluhan anggota BEM lainnya juga menjadi target. Ancaman diterima Tuffa dan rekan-rekannya melalui pesan-pesan anonim, panggilan telepon tak dikenal, video call, serta komentar bernada negatif di media sosial.
“Bentuk intimidasi tersebut meliputi body shaming hingga ancaman saya dan rekannya akan kesulitan mencari pekerjaan setelah lulus. Bahkan, ada ancaman fisik jika mereka bertemu di jalan. Komennya juga masif, narasinya seragam, dan muncul dalam waktu bersamaan, selisihnya bahkan kurang dari satu detik,” seru Tuffa.
Tuffa membeberkan beberapa nomor tak dikenal juga mengirim pesan bernada intimidasi lewat WhatsApp, dengan isi yang mengagungkan pencapaian Presiden Joko Widodo.
“Narasinya sama, glorifikasi program Jokowi dan doa-doa buruk kepada saya,” terang Tuffa.
Ia mencontohkan salah satu pesan berbunyi, Seandainya orang tua anda yang jadi presiden lalu dihina-hina, apa anda terima? Saya malu sekelas UNAIR mahasiswanya seperti ini. Pesan lain menyinggung keberhasilan Jokowi dalam pembangunan infrastruktur dan program sosial seperti BPJS.
“Meski begitu, saya menekankan kepada seluruh pengurus BEM FISIP untuk tetap berani menyuarakan kritik. Jangan takut, kritik tetap perlu disampaikan. Mahasiswa memiliki peran sebagai iron stock dan watchdog bagi pemerintah,” tegas Tuffa.
“Untuk menanggapi serangan ini, Kami berencana berkoordinasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya. Saat ini, kami sedang mendata narasi-narasi serangan siber yang muncul sebagai bentuk ancaman terhadap kebebasan berekspresi di era digital,” pungkas Tuffa. (04/iKoneksi.com)
Komentar