Perempuan Bali dan Pariwisata

Berita329 Dilihat

BADUNG, iKoneksi.com – Perkembangan zaman dan peradaban pada kebudayaan Bali ternyata belum dapat membawa perubahan dinamika politik di Bali. Terutama munculnya calon kepala daerah dari kaum perempuan yang jarang terjadi di Pulau Dewata. Hal ini mengemuka dalam dialog Sipandu Beradat, Jumat (30/08/2024), di Badung.

Seorang pemateri dialog, Sastra Wibawa, menanggapi fenomena jarangnya perempuan Bali tampil menjadi calon kepala daerah kabupaten ataupun provinsi pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2024 mengungkapkan, kalau perempuan Bali dicalonkanpun tidak pernah. Berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Menurutnya, hal ini juga berawal dari budaya patriarkhi di Bali yang sangat kuat.

“Tidak hanya karena sistem perkawinan yang dianut di Bali, melainkan juga pada hak politik untuk memilih dan dipilih. Padahal, negara memberikan regulasi afirmatif pencalonan legislatif 30 persen bagi perempuan,” katanya.

Mengutip data BPS Bali, tahun 2023 hanya kisaran 50,36 persen dari perempuan Bali menjadi tenaga profesional. Jika dilihat dari keterlibatan perempuan Bali pada parlemen hanya kisaran 18,18 persen. Walaupun sudah meningkat dari tahun 2022 yang hanya kisaran 16,36 persen.

Dan angka tertinggi adalah perempuan Tabanan dan Badung yang terlibat parlemen di atas angka 20 persen. Melebihi angka secara provinsi yang berada di posisi 18,18 persen.

“Namun politik penuh strategi dan siasat. Karena yang terjadi juga, perempuan Bali lebih fokus ke urusan domestik. Utamanya ritual keagamaan dan memilih menjadi wanita karir. Selain itu pihak wanita butuh modal power lebih dan sosialisasi yang menyeluruh jika ingin ikut kontestasi politik utamanya Pilkada,” imbuh Sastra.

Menurutnya, dengan pendidikan tinggi dapat membantu perempuan Bali berperan aktif dalam berkarir, berparlemen, serta turut berkontestasi politik.

Hal berbeda disampaikan salah seorang peserta pelaku sektor pariwisata di Gumi Keris, Ajik Kaler Wisesa. Dikatakannya, 87 persen masyarakat Badung bergantung di sektor pariwisata.

“Badung adalah mutiara Bali. Masyarakat terbiasa hidup dari sektor pariwisata dan travel. Biarkan pemerintah yang bekerja tanpa ada intimidasi dari pihak manapun,” ucap Wisesa.

Dia tidak apriori terhadap perempuan berpolitik. Disarankannya, untuk menentukan pilihan dalam Pilkada didasarkan pada hati nurani. Dia menyebutkan dirinya bukan simpatisan salah satu partai politik.

“Namun karena ada salah satu paslon di Badung yang membuat tagline #MenangBermartabat #KalahTerhormat, membuat saya terinspirasi untuk mendukung dan memilihnya,” ungkapnya.

Dia berharap supaya legislatif di Badung dapat mendorong pemerataan pembangunan agar masyarakat sejahtera.
(Sadhu Gunawan/iKoneksi.com)

Komentar