Piutang Pembiayaan di OJK Malang Tumbuh Pesat, Sinyal Positif Ekonomi

Kota Malang, iKoneksi.com – Penyaluran piutang pembiayaan di wilayah kerja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang mencatatkan pertumbuhan positif secara tahunan atau year-on-year (yoy). Hingga September 2024, angka ini mencapai Rp7,291 triliun, naik 9,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni Rp6,645 triliun. Data tersebut memberikan gambaran positif bagi dinamika perekonomian di wilayah Malang dan sekitarnya.

Kepala OJK Malang, Biger Adzanna Maghribi, menyebutkan jenis penyaluran pembiayaan terbesar berasal dari segmen multiguna.

“Penyaluran pembiayaan multiguna mencapai Rp4,686 triliun atau sekitar 64,27% dari total pembiayaan. Sementara itu, pembiayaan investasi menyusul di angka Rp1,565 triliun atau 21,47%,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima iKoneksi.com, Senin (25/11/2024).

Lebih lanjut, Biger membeberkan total kontrak pembiayaan telah menyentuh 2.449.320 unit. Kabupaten Malang mendominasi dengan jumlah debitur terbesar, sebanyak 794.075 unit atau 32,42%. Disusul Kota Malang dengan 741.553 unit (30,28%) dan Kabupaten Pasuruan sebanyak 415.071 unit (16,95%). Kendati angka penyaluran cukup besar, Biger menegaskan bahwa risiko pembiayaan masih terkendali dengan baik, tercatat sebesar 3,25% pada Triwulan III tahun 2024.

“Dari segi sektor ekonomi, penyaluran pembiayaan mayoritas mengalir ke bidang Perdagangan Besar dan Eceran serta Reparasi dan Perawatan Kendaraan Bermotor dengan nilai mencapai Rp2.073 miliar atau 28,44%. Sektor Industri Pengolahan menyusul di angka Rp880,74 miliar (12,08%), sementara sektor Aktivitas Jasa Lainnya mencapai Rp873,65 miliar atau 11,98%. Data ini menegaskan bahwa perekonomian wilayah Malang masih bergantung pada sektor-sektor tradisional yang melibatkan konsumsi masyarakat,” urai Biger.

LKM Baru dan Perannya dalam Ekonomi Desa

Selain mencatat pertumbuhan piutang pembiayaan, Biger juga mengumumkan perkembangan signifikan terkait perizinan lembaga keuangan mikro (LKM). Satu LKM baru, yakni PT LKM Artha Desa Kabupaten Malang, mulai beroperasi sejak 9 Oktober 2024.

“Pencatatan resmi LKM ini telah dilakukan melalui surat pengawasan OJK Malang dengan nomor S-468/KO.1401/2024 tertanggal 25 Oktober 2024,” terangnya.

Biger menyebutkan penambahan LKM ini menjadikan jumlah lembaga keuangan mikro di bawah pengawasan OJK Malang menjadi tujuh lembaga. Uniknya, PT LKM Artha Desa Kabupaten Malang merupakan LKM pertama di Indonesia yang dimiliki oleh konsorsium Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“PT LKM Artha Desa dimiliki oleh 29 BUMDes, BUMDesMa, dan BUMDesMa LKD di wilayah Kabupaten Malang dengan total penyertaan modal mencapai Rp1 miliar,” lugas Biger.

Peran LKM sendiri tak hanya sekadar sebagai penyedia layanan keuangan, tetapi juga memegang fungsi sosial yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2013.

“LKM memiliki peran strategis untuk mendukung pengembangan usaha mikro, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan simpanan, hingga konsultasi usaha,” tambahnya.

Dorongan Diversifikasi Pembiayaan ke Sektor Produktif

Menanggapi data tersebut, ekonom Universitas Negeri Malang, Habib, menilai pertumbuhan 9,72% year-on-year mencerminkan tren positif. Namun, ia menyoroti fokus pembiayaan yang masih didominasi oleh kebutuhan konsumtif.

“Segmen multiguna yang menyumbang 64,27% dari total pembiayaan cenderung bersifat konsumtif. Ke depan, diperlukan diversifikasi ke sektor produktif agar dampaknya dapat dirasakan dalam jangka panjang,” ujar Habib.

Menurutnya, sektor ekonomi kreatif perlu mendapatkan perhatian lebih, khususnya industri berbasis teknologi seperti gaming, aplikasi, dan ekosistem digital.

“Malang memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Apalagi, keberadaan kampus-kampus ternama di sini dapat menjadi motor penggerak melalui inkubasi startup, riset teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia,” terang Habib.

Ia mengungkapkan, kolaborasi antara OJK, perguruan tinggi, dan fintech dapat memperkuat akses pembiayaan bagi pelaku usaha kreatif. Digitalisasi layanan, terutama di LKM seperti PT LKM Artha Desa, menjadi langkah krusial untuk memperluas jangkauan layanan keuangan di tingkat desa.

“LKM yang dimiliki oleh konsorsium BUMDes ini bisa menjadi model untuk mendukung desa-desa kreatif. Dengan dukungan kebijakan OJK yang proaktif, penguatan literasi keuangan, serta akses ke teknologi, ekonomi kreatif Malang bisa bersaing secara nasional maupun global,” terangnya.

Sinergi untuk Ekonomi Berkelanjutan

Melalui data pertumbuhan piutang pembiayaan yang positif dan kehadiran LKM berbasis desa, wilayah Malang memiliki peluang besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Fokus ke sektor produktif dan penguatan ekosistem ekonomi kreatif menjadi kunci penting dalam mencapai tujuan tersebut.

“Kolaborasi lintas sektor—antara OJK, perguruan tinggi, dan lembaga keuangan mikro dianggap sebagai langkah strategis untuk menciptakan lingkungan usaha yang mendukung inovasi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, Malang berpotensi menjadi salah satu pusat ekonomi kreatif yang tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga mampu bersaing di kancah global,” tandasnya. (04/iKoneksi.com)

Komentar