iKoneksi.com – Muhammad Yamin, atau yang lebih dikenal sebagai Moh. Yamin, menjadi tokoh pertama yang memulai sesi paparan tentang dasar negara Indonesia merdeka pada 29 Mei 1945, dalam sidang BPUPKI. Dalam tersebut, sejumlah tokoh termasuk Mohammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyampaikan pidatonya terkait perumusan asas dasar negara Indonesia merdeka.
Dengan gemuruh yang menggema di ruang sidang tersebut, Moh. Yamin memulai pidatonya yang mengguncang seisi ruangan Chou Sangi-in (kini dikenal sebagai Gedung Pancasila). Suaranya, penuh dengan semangat kebangsaan, memenuhi ruangan dan menciptakan momen bersejarah yang tak terlupakan bagi semua yang hadir pada saat itu.
Adapun pembukaan pidatonya yang dikutip atau dilansir dari risalah rapat BPUPKI adalah sebagai berikut:
“Tuan Ketua yang mulia, Rapat yang Terhormat!
Angkat bicara dalam rapat panitia penyelidikan Indonesia Merdeka ini memberi ingatan kepada kita, bahwa kewajiban yang terpikul diatas dan kedua belah bahu kita, ialah suatu kewajiban yang sangat teristimewa. Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang akan menjadi dasar dan susunan negara yang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, yang telah diakui dan telah dibela oleh rakyat Indonesia dengan kurban dan darah daging sejak beratus-ratus tahun, adalah suatu kesempatan besar yang belum pernah dialami oleh bangsa Indoensia dalam zaman yang lampau, entahlah agaknya pula tindakan perlu dialami lagi sesudah turunan bangsa sekarang. Sekiranya sumbangan rohani dari pada kita berhasil dan memberi akibat yang sempurna, maka tak kunjung lagi datanglah zaman gemilang bagi rakyat Indonesia seluruhnya, yang akan diliputi oleh suatu negara peradaban yang makmur dan bersifat adil. Kegembiraan memberi sumbangan rogani itu adalah pula sepadan dan selaras dengan keinginan rakyat: ‘Mau merdeka’ dan ‘ingin bernegara berkedaulatan”.
Dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Tanggal 29 Mei 1945-16 Juli 1945, Muhammad Yamin menyampaikan usulan secara lisan terkait dengan lima dasar negara Indonesia, yaitu:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Sosial
Sebelum mengakhiri pidatonya, Moh. Yamin menutupnya dengan sebuah sajak enam bait yang berjudul “Republik Indonesia”.
REPUBLIK INDONESIA
Abadilah Republik Indonesia
Untuk selama-lamanya,
Yang di lindungi tumpah darah
Bedua kepulauan yang indah
Antara cakrawala langit yang murni
Dengan bumi tanah yang sakti.
Disamping teman, di hadapan lawan
Negara berdiri ditakdirkan Tuhan
Untuk keselamatan seluruh bangsa
Supaya berbahagia segenap ketika :
Berbudi setia, tenaga merdeka
Dengan menjungjung kedaulatan negara.
Di atas abu negara kedua
Kami membentuk negara ketiga,
Diiringkan lagu indonesia raya ;
Di sanalah rakyat hidup berlindung,
Berjiwa merdeka, tempat bernaung.
Kami bersiap segenap ketika,
Dengan darah, jiwa dan raga,
Membela negara junjung tinggi
Penuh hiasan lukisan hati :
Melur-cempaka dari daratan
Awan angkasa putih kelihatan
Buih gelombang dari lautan.
Hati yang mukimin selalu meminta
Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Supaya Negara Republik Indnesia :
Kuat dan kokoh selama-lamanya
Melindungi rakyat, makmur selamat,
Hidup bersatu di laut – di darat.
(Sumber : HIMPUNAN RISALAH SIDANG-SIDANG BPUPKI DAN PPKI, Sekretariat Negara Republik Indonesia)