Kota Malang, iKoneksi.com – Universitas Brawijaya (UB) mengembangkan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan hutan berkelanjutan di kawasan UB Forest, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Inovasi ini dirancang untuk mendukung pengawasan, konservasi, serta mitigasi ancaman di hutan seluas 544,74 hektare tersebut.
Dalam acara Bincang dan Obrolan Santai (Bonsai) Bersama Pakar UB bertema “Inovasi Teknologi IoT untuk Pengelolaan Hutan” di Gedung Widyaloka, Rabu (13/12/2024),
Koordinator Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) sekaligus Manajer Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan UPT UB Forest, Rifqi Rahmat Hidayatullah, menjelaskan teknologi ini hadir untuk menjawab berbagai tantangan pengelolaan hutan.
“Salah satu kendala utama adalah keterbatasan perangkat kamera jebak konvensional yang menggunakan baterai dan memori manual serta sulitnya akses jaringan di kawasan hutan. Kami membutuhkan solusi yang lebih efektif,” ujar Rifqi.
Teknologi IoT dan Keunggulannya
Solusi tersebut diwujudkan melalui perangkat berbasis IoT yang dilengkapi kamera jebak (camera trap) dengan algoritma AI. Sistem ini menggunakan protokol komunikasi Long Range (LoRa) yang memungkinkan pengiriman data jarak jauh meskipun tanpa sinyal GSM.
“Teknologi ini mampu mendeteksi aktivitas manusia, satwa liar, atau kendaraan secara real-time, bahkan di area dengan sinyal minim,” jelas Rifqi.
Rifqi mengungkapkan tiga keunggulan utama teknologi ini:
- Efisiensi dan Akurasi: Sistem ini dapat mendeteksi ancaman seperti penebangan liar dengan lebih cepat dan akurat.
- Deteksi Objek Cepat dengan AI: Algoritma You Only Look Once (YOLO) memungkinkan identifikasi objek secara langsung, baik itu manusia, kendaraan, maupun satwa.
- Mendukung Pengelolaan Berkelanjutan: Teknologi ini diselaraskan dengan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) UB Forest, memperkuat visi keberlanjutan lingkungan.
Pengembangan dan Rencana Implementasi
Meski masih dalam tahap prototipe, tim UB optimis bahwa teknologi ini dapat diimplementasikan mulai tahun 2025.
“Riset dan pengembangan terus kami lakukan untuk menyempurnakan sistem ini. Evaluasi keberlanjutan akan dilaksanakan pada 2026,” kata Rifqi.
Rencana ke depan mencakup penambahan fitur drone untuk memperluas jangkauan pengawasan, terutama di area dengan kontur yang sulit. Selain itu, jaringan pengawasan akan diperketat dengan pemasangan perangkat setiap 200 meter di dalam kawasan hutan.
“Inovasi ini diharapkan menjadi solusi cerdas untuk mendukung pelestarian hutan sekaligus menjawab tantangan pengelolaan lingkungan di era modern. Dengan teknologi ini, UB Forest bisa menjadi model pengelolaan hutan berbasis teknologi yang mendukung keberlanjutan alam dan konservasi,” ungkap Rifqi.
“Inovasi ini mendukung pengelolaan hutan yang lebih efektif dan berkelanjutan,” terang Kepala Laboratorium Internet of Things & Human Centered Design Fakultas Vokasi UB, Rachmad Andri Atmoko, Rabu (11/12).
Teknologi ini memadukan IoT dan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan sistem monitoring yang cerdas. Alat tersebut dapat mendeteksi berbagai aktivitas di hutan secara real-time, seperti identifikasi satwa, manusia, kendaraan, hingga potensi bencana. Bahkan, ancaman seperti kebakaran hutan, perburuan liar, dan pembalakan bisa terdeteksi lebih dini.
“Sistem ini dilengkapi algoritma AI yang terintegrasi dengan kamera trap atau kamera jebak. Data yang terkumpul kemudian dikirim melalui jaringan long range (LoRa) ke pusat kontrol, di mana informasi akan ditampilkan secara detail di layar berbasis web,” lugasnya.
“Dengan alat ini, pengambilan keputusan dan tindakan pemangku kepentingan menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien,” tambah Rachmad.
Teknologi ini telah diterapkan di UB Forest sebagai model pengelolaan hutan berkelanjutan yang dapat diadopsi di seluruh Indonesia.
“Peluncuran ini menunjukkan komitmen UB dalam memberikan kontribusi nyata bagi konservasi lingkungan dengan memanfaatkan teknologi modern,” tutup Rachmad. (04/iKoneksi.com)
Komentar