Kota Malang, iKoneksi.com – Suasana ceria yang biasanya menyelimuti salah satu Sekolah Dasar (SD) di Kota Malang mendadak berubah haru pada ruang istirahat, Kamis (21/11/2024). Kabar duka tentang meninggalnya Pak Purwaji, tukang kebun sekolah yang dikenal ramah dan penuh dedikasi, membuat seluruh warga sekolah berduka.
Pak Purwaji, pria berusia 49 tahun, telah menjadi bagian dari sekolah itu selama kurang lebih 15 tahun. Sosoknya selalu dikenang sebagai orang yang murah senyum, ringan tangan, dan sangat perhatian terhadap lingkungan sekolah. Ia sering terlihat membantu murid-murid menanam bunga di taman, membersihkan halaman, hingga menghibur mereka dengan cerita-cerita lucunya.
Namun, pagi itu, kabar kepergiannya membuat suasana sekolah berubah drastis. Guru-guru tampak berusaha menenangkan murid-murid yang menangis, terutama mereka yang sering berinteraksi langsung dengan almarhum.
Kasi Humas Polresta Malang Kota, Ipda Yudi Risdiyanto, mengatakan, korban terlihat menjalankan aktivitas seperti biasa sebelum kejadian. Saat itu, ia sedang bertugas di area taman dan halaman sekolah.
“Pada pukul 06.00 WIB, korban sedang melaksanakan tugas rutinnya menyapu halaman sekolah. Namun, beberapa saat kemudian, ia berjalan menyeberang jalan untuk membeli kopi,” katanya kepada iKoneksi.com.
“Pedagang kopi yang melayani korban menyadari kondisinya tampak tidak sehat. Pedagang tersebut segera meminta bantuan seorang sopir angkot yang berada di lokasi. Keduanya membantu korban kembali ke sekolah dan membaringkannya di ruang istirahat,” sambung Yudi.
Menurut Yudi, pihak keluarga menyebutkan bahwa korban tidak memiliki riwayat penyakit serius, meskipun kondisinya memang kurang fit belakangan ini. Jenazah Purwaji sempat dibawa ke Kamar Jenazah RSSA Malang sebelum diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
“Kepergian korban meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan kerja, dan para siswa di sekolah tempatnya bekerja. Kami mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dan segera memeriksakan diri jika merasa kurang sehat,” lugas Yudi.
Di sisi lain, salah satu saksi, Catur, melihat kondisi korban semakin memburuk. Ia segera melaporkan hal tersebut kepada kepala sekolah.
“Saat diperiksa, tubuh korban sudah terasa dingin, dan ternyata ia telah meninggal dunia,” jelas Catur.
Ia langsung menghubungi keluarga korban, yang dengan ikhlas menerima kepergian Purwaji.
“Pihak keluarga juga menolak dilakukan visum atau autopsi terhadap jenazah korban,” tukas Catur. (04/iKoneksi.com)
Komentar