Kota Batu, iKoneksi.com – Kota Batu, Jawa Timur, kini tengah menghadapi kembali ancaman Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak. Hingga 30 Desember 2024, tercatat ada tiga kasus PMK yang terjadi di Kota Batu, sebuah angka yang membuat para peternak dan masyarakat sekitar resah. Menurut data terbaru yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kota Batu, kasus ini terjadi di dua desa, yaitu Desa Pendem dan Desa Pesanggrahan.
Kembalinya wabah PMK ini tak bisa dipandang remeh, terutama karena Kota Batu merupakan salah satu daerah dengan aktivitas peternakan yang cukup tinggi. Penyakit ini mengancam keberlangsungan hidup hewan ternak, khususnya sapi, yang merupakan sumber penghasilan utama bagi sebagian besar peternak di Kota Batu. Selain itu, PMK juga berpotensi mempengaruhi sektor perekonomian daerah yang sangat bergantung pada industri peternakan.
Kepala DPKP Kota Batu, Heru Yulianto, mengungkapkan penyebaran virus PMK di daerah ini diduga kuat berasal dari ternak yang dibawa masuk dari luar Kota Batu.
“Total ada sebanyak tiga sapi yang terkena PMK di Desa Pendem dan Desa Pesanggrahan,” kata Heru saat dikonfirmasi pada Jumat (3/1/2025).
Ia menyebutkan wabah ini tidak hanya terjadi di Kota Batu, melainkan juga meluas di beberapa wilayah lain di Jawa Timur, yang sebagian besar kasusnya disebabkan oleh ternak yang datang dari luar daerah.
“Penyebaran PMK ini tentu membuat khawatir para peternak yang telah berjuang untuk menjaga kesehatan ternaknya. Terlebih, wabah ini bisa menular dengan cepat, mempengaruhi banyak ternak dalam waktu singkat, dan menambah beban ekonomi bagi peternak yang harus merawat dan menanggulangi dampak dari penyakit ini. Banyak peternak yang khawatir karena PMK dapat menyebabkan penurunan produktivitas ternak, seperti penurunan produksi susu pada sapi perah, serta kehilangan besar akibat kematian ternak,” jelas Heru.
Ternak yang terinfeksi PMK biasanya mengalami gejala seperti demam tinggi, luka pada mulut dan kuku, serta penurunan nafsu makan yang drastis. Jika tidak segera diatasi, PMK dapat menyebabkan kematian pada ternak yang terinfeksi.
“Penyebaran yang cepat dan dampaknya yang cukup parah menjadikan wabah ini sebagai ancaman serius bagi sektor peternakan di Kota Batu,” lugas Heru.
Pemerintah Kota Batu melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, bersama dengan instansi terkait lainnya, tengah berupaya keras untuk mengendalikan penyebaran PMK ini. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan melakukan pemantauan dan pemeriksaan secara ketat terhadap ternak yang masuk ke Kota Batu, terutama yang berasal dari daerah luar Kota Batu yang sudah terjangkit wabah.
“Selain itu, upaya vaksinasi dan penyuluhan kepada peternak juga dilakukan untuk mencegah penularan lebih lanjut. Masyarakat dan peternak diharapkan dapat bekerja sama dalam mengawasi dan melaporkan jika menemukan gejala PMK pada ternak mereka,” sebut Heru.
Heru juga menghimbau agar peternak tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan ternak, serta memastikan bahwa ternak yang dibeli dari luar daerah sudah melalui pemeriksaan kesehatan yang ketat.
“Meskipun wabah ini menambah kekhawatiran, para peternak diharapkan tidak panik. Kami menjanjikan mereka akan terus mengupayakan pencegahan dan penanganan dengan sebaik-baiknya. Kami akan terus memantau dan memberikan edukasi kepada peternak mengenai cara penanganan PMK. Kami juga berharap para peternak bisa lebih proaktif dalam menjaga kebersihan kandang dan memeriksa kesehatan ternaknya secara berkala,” tegas Heru.
Kota Batu, yang dikenal dengan potensi peternakannya, tentu tidak ingin wabah ini merusak perekonomian daerah yang sudah mulai pulih pasca-pandemi.
“Oleh karena itu, seluruh pihak terkait, baik pemerintah, peternak, maupun masyarakat umum, diharapkan bisa bekerja sama untuk mengatasi penyebaran PMK ini dan melindungi kesehatan ternak agar perekonomian daerah tetap berjalan dengan baik,” pungkas Heru. (04/iKoneksi.com)
Komentar