BADUNG, iKoneksi.com – Di Bali, setiap enam bulan sekali pada hari Sabtu Wuku Wariga diperingati sebagai Tumpek Wariga. Peringatan ini bermakna hari penyucian dan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan di Bali, terutama pepohonan yang berbuah. Harapannya hasil panen semakin meningkat dengan perayaan ini.
Jika dikaitkan dengan modernisasi yang saat ini melanda Bali, mulai terjadi perubahan pada profesi pertanian. Perubahan ini dikarenakan terjadinya alih fungsi lahan pertanian guna mengakomodir sektor lain, utamanya pariwisata.
Salah satu pegawai Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Bali, Yudha, mengatakan kalau seputaran dinamika modernisasi belum ada yang baru. Alih fungsi lahan dampak pariwisata adalah implikasi dari masyarakat Bali dalam mengejar kesejahteraan ekonomi.
“Walaupun perayaan tumpek wariga itu sebenarnya sudah diwariskan dari pendahulu utamanya, saat leluhur kita yang mayoritas sebagai petani,” ungkap Yudha yang alumni Antropologi ini, Sabtu (31/08/2024).
Sejalan dengan isu lingkungan pada masa sekarang, sambungnya, kebudayaan dan tradisi memang menjadi semacam ritual pada hari Sabtu Tumpek Wariga atau sering juga disebut Tumpek Pengarah dan Tumpek Uduh. Kedekatan masyarakat Pulau Dewata dan hubungan harmonis dengan alam sudah diperingati setiap enam bulan sekali pada Hari Sabtu. Dalam kalender Saka disebut Tumpek.
Peringatannya, hingga sekarang masih bertahan dan akan selalu dirayakan dalam keberlanjutan tradisi di Pulau Dewata. “Pemberian sesajen pada tumbuhan dan pepohonan itu tentu sangat sejalan dalam melestarikan lingkungan bagi hasil panen secara mikro dan pelestarian pepohonan dari penebangan secara makro,” tutupnya. (Sadhu Gunawan/iKoneksi.com)
Komentar