UB dan KLH Bersinergi Hadapi Tantangan Perubahan Iklim Nasional

Uncategorized85 Dilihat

Kota Malang, iKoneksi.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Universitas Brawijaya (UB) meresmikan kolaborasi strategis untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang semakin kompleks di Indonesia. Kerjasama ini dipererat melalui kunjungan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, ke Universitas Brawijaya pada Sabtu (7/12/2024).

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan, kunjungan tersebut menandai langkah penting dalam membangun sinergi antara pemerintah dan kalangan akademisi.

“Fokus utama kerjasama ini adalah menghadirkan pendekatan berbasis sains dalam pengambilan keputusan serta pengembangan instrumen kebijakan yang efektif untuk menjawab tantangan lingkungan yang mendesak,” kata Hanif.

Hanif menyoroti isu lingkungan tidak hanya menjadi permasalahan nasional, tetapi juga krisis global yang menuntut tindakan nyata. Mulai dari perubahan iklim, pencemaran lingkungan, deforestasi, hingga krisis air dan limbah, semuanya memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif.

“Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia harus mengambil langkah cermat dan bijak untuk menanggulangi persoalan ini. Isu lingkungan membawa konsekuensi serius yang akan memengaruhi generasi mendatang,” ujar Hanif.

Ia juga mengungkapkan data yang mencerminkan situasi kritis, seperti penurunan kualitas air sungai yang terus terjadi setiap tahun.

“Oleh karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup menggandeng UB untuk merealisasikan tiga prioritas utama: pengendalian kerusakan lingkungan, pengendalian perubahan iklim, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang lingkungan,” terang Hanif.

Dalam aspek pengendalian kerusakan lingkungan, kebutuhan mendesak adalah pengembangan indikator pencemaran air berbasis real-time.

“Sistem ini akan memungkinkan pemantauan kualitas air di seluruh Indonesia secara menyeluruh dan cepat,” tegasnya.

Selain itu, Hanif juga menekankan pentingnya inovasi dalam pengelolaan sampah dan limbah industri melalui riset yang dapat dikembangkan menjadi solusi konkret di lapangan.

“Pemulihan lahan terkontaminasi dan ekosistem juga menjadi tantangan besar yang memerlukan pendanaan dan waktu cukup panjang. Untuk itu, kami membutuhkan teknologi berbasis kecerdasan buatan dan big data guna mendukung tata kelola lingkungan yang lebih baik,” imbuhnya.

Di sisi pengendalian perubahan iklim, kerjasama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan UB mencakup program rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektar di Indonesia.

“Sebagai negara yang memiliki 23 persen dari total habitat mangrove dunia, langkah ini diharapkan menjadi model rehabilitasi lingkungan yang mendunia, sekaligus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat sekitar,” lugas Hanif.

Di sisi lain, Rektor UB, Prof. Widodo S.Si, M.Si, Ph.D, Med.Sc, menyambut baik kerjasama ini dan menegaskan komitmen UB untuk terus mendukung program-program lingkungan yang berdampak luas. Di akhir kunjungannya, Menteri Hanif bersama Widodo menanam pohon kepel di area gedung rektorat UB sebagai simbol kolaborasi untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.

“Kolaborasi ini bukan hanya sekadar kemitraan, tetapi juga langkah konkret dalam mewujudkan visi keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia. Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, Indonesia diharapkan mampu menjawab tantangan perubahan iklim secara lebih efektif dan berkelanjutan,” pungkas Widodo. (04/iKoneksi.com)

Komentar