Debat Kedua Pilwali Malang, Tiga Paslon Berkomitmen Ciptakan Fasilitas Umum Ramah Disabilitas

Berita, Nasional, Pemilu95 Dilihat

Kota Malang, iKoneksi.com – Dalam debat kedua Pemilihan Wali Kota Malang yang berlangsung di hotel Grand Mercure Malang Mirama, Sabtu (10/11/2024), ketiga pasangan calon (paslon) mengungkapkan komitmen bersama untuk menciptakan fasilitas umum yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas.

Calon Wali Kota nomor urut 1, Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin, menegaskan pentingnya pembangunan yang inklusif untuk mewujudkan keadilan sosial di Kota Malang. Mereka menciptakan Kota Malang yang lebih inklusif melalui visinya, Ngalam Santun.

“Setiap warga berhak merasakan kenyamanan di kotanya sendiri, tanpa terkecuali. Fasilitas umum yang inklusif tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal rasa hormat terhadap hak setiap warga,” tegas Wahyu dalam debat.

“Fasilitas umum perlu memenuhi standar aksesibilitas, dan salah satu program kami adalah menyediakan transportasi khusus bagi difabel. Selain itu, kami akan memperluas program inklusi sosial dan ekonomi, sehingga penyandang disabilitas dapat merasa setara dan percaya diri bersama masyarakat lainnya,” imbuh dia.

Calon Wali Kota nomor urut 2, Heri Cahyono menyoroti pilihan kata Wahyu yang menggunakan istilah manusia normal, yang menurutnya kurang tepat dalam konteks inklusivitas.

“Saya perlu meluruskan pernyataan Pak Wahyu. Tidak bijak membedakan manusia normal dan difabel, karena itu bisa merendahkan martabat penyandang disabilitas,” ujar sosok yang akrab disapa Sam HC.

Sam HC juga menerangkan selama Wahyu Hidayat menjabat sebagai Pj Wali Kota Malang, fasilitas kesehatan dan layanan bagi difabel belum optimal.

“Pemkot seharusnya memberikan perhatian yang lebih nyata, bukan hanya janji semata,” tekan sam HC.

Sementara itu, Cawali nomor urut 3, Mochamad Anton, Anton menjelaskan pandangannya mengenai fasilitas bagi penyandang disabilitas, dengan menekankan pentingnya keterlibatan langsung pemerintah untuk memahami kebutuhan mereka melalui kunjungan ke lapangan.

“Saat saya turun langsung, banyak difabel mengeluhkan sulitnya menemukan ruang berkreasi yang memadai. Ini menunjukkan bahwa hak-hak mereka belum sepenuhnya terpenuhi di Kota Malang,” tutur Anton.

“Kami berkomitmen menyediakan ruang yang lebih inklusif agar mereka dapat berkarya dan berdaya,” jelas Anton.

Wacana fasilitas ramah disabilitas ini mendapat respons positif dari berbagai kalangan, termasuk komunitas disabilitas di Kota Malang. Ketua UKM Gempita UM, Yayan, menyampaikan harapan besar kepada ketiga paslon agar benar-benar mewujudkan fasilitas umum yang lebih mudah diakses oleh semua kalangan.

“Ini adalah hak kami sebagai warga. Kami berharap apa yang mereka sampaikan malam ini bukan sekadar janji,” pungkas Yayan. (04/iKoneksi.com)

Komentar