Kota Pematangsiantar, iKoneksi.com – Suasana Kota Pematangsiantar memanas saat ratusan mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa dan Pemuda Siantar turun ke jalan didepan Mapolres Pematangsiantar, Selasa (15/4/2025), dalam demonstrasi besar-besaran. Aksi ini melibatkan lebih dari 100 massa yang menyuarakan enam tuntutan utama, mulai dari isu nasional hingga masalah krusial di kota mereka sendiri.
Penolakan Terhadap RUU Polri: Demokrasi dalam Ancaman
Tuntutan pertama yang dikibarkan massa aksi adalah penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang Polri. Para demonstran menilai RUU ini berpotensi memperkuat kekuasaan represif aparat dan melemahkan kontrol sipil terhadap institusi kepolisian.
“RUU Polri adalah bentuk nyata kemunduran demokrasi. Kami menolak segala upaya pelemahan kontrol rakyat terhadap institusi keamanan,” tegas Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Pematangsiantar, Robert.
Desakan Stabilitas Ekonomi: Rakyat Butuh Solusi Nyata
Selain isu hukum, para demonstran juga menyoroti persoalan ekonomi nasional. Mereka menilai pemerintah pusat gagal dalam menjaga kestabilan harga dan nilai tukar, yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat kecil.
“Pemerintah jangan sibuk kampanye politik saja, rakyat butuh harga sembako stabil, lapangan kerja tersedia, dan BBM terjangkau,” ujar Koordinator Gerakan Mahasiswa Pejuangan Rakyat (GEMPAR), Bill Fata.
Sorotan Tajam ke Polres Pematangsiantar: Bandar Narkoba Berkeliaran
Namun yang menjadi titik panas dari aksi ini adalah kritik keras terhadap Polres Pematangsiantar, khususnya Satres Narkoba. Mahasiswa dan pemuda mendesak agar Polres bertindak lebih tegas terhadap peredaran narkoba yang dinilai makin merajalela di kota tersebut.
“Sudah terlalu banyak korban, tapi bandar besar masih bebas. Kami minta Kapolres jangan hanya main di permukaan. Tangkap bandarnya, bukan hanya pengedar kecil!” tegas Ketua DPC Majelis Ikatan Mahasiswa Pembaharuan Indonesia (MIMPI), Chotimul Umam Sirait.
Tempat Hiburan Malam Jadi Target Razia: Diduga Sarang Narkoba
Dalam tuntutannya, massa juga mendesak agar Polres segera merazia seluruh tempat hiburan malam di Pematangsiantar. Mereka menuding bahwa beberapa tempat tersebut kerap menjadi lokasi transaksi narkoba yang tak terjamah aparat.
“Ada apa dengan aparat jika tempat-tempat itu selalu aman? Kami menduga kuat ada pembiaran. Kami tidak akan diam!” tekan Bill.
Kritik atas Tindakan Represif Polisi terhadap Mahasiswa
Aksi tersebut juga menjadi wadah kecaman atas tindakan represif aparat kepada mahasiswa dalam berbagai aksi sebelumnya. Massa menganggap aparat terlalu mudah menggunakan kekuatan tanpa dialog.
“Mahasiswa bukan musuh negara. Jangan karena kami kritis lalu kami diintimidasi. Polres harus ingat, mahasiswa lahir dari semangat perubahan,” ucap Robert.
Polres Dinilai Hanya Tangkap Pengedar Kecil
Salah satu poin paling disorot adalah tudingan Polres hanya menangkap pengedar kecil. Dalam beberapa kasus, Polres Pematangsiantar disebut hanya berhasil mengamankan sabu seberat 26 gram, tanpa menyentuh jaringan besar di baliknya.
“Apakah bandar besar punya kekuatan melindungi diri? Atau ada oknum yang melindungi mereka?” sindir Bill.
Aksi Damai dengan Tensi Tinggi
Aksi yang berlangsung damai tersebut tetap dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Namun, tensi tinggi terlihat ketika orator menyampaikan pernyataan keras terhadap institusi kepolisian dan lambannya penanganan masalah narkoba.
Hingga sore hari, demonstrasi berjalan tertib dengan pengawalan ketat. Massa akhirnya membubarkan diri setelah menyerahkan pernyataan sikap resmi kepada perwakilan Polres Pematangsiantar.
Mahasiswa Janji Aksi Lanjutan
Sebelum menutup aksi, para pemimpin organisasi menyatakan bahwa ini baru permulaan. Jika tidak ada tindak lanjut konkret dari pihak kepolisian maupun pemerintah, aksi yang lebih besar akan digelar kembali.
“Kami akan terus bergerak. Kota ini milik rakyat, bukan bandar narkoba dan penguasa represif,” pungkas Bill. (04/iKoneksi.com)