Kota Malang, iKoneksi.com – Setelah bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Kota Malang pada 24 Desember 2024 lalu, Wali Kota Malang, Iwan Kurniawan, mengambil langkah cepat untuk memitigasi dampak dan memulihkan kondisi masyarakat. Salah satu prioritas utama adalah memberikan edukasi kepada masyarakat yang tinggal di dekat aliran sungai untuk menghadapi potensi bencana banjir di masa mendatang.
“Saya sudah meminta BPBD Kota Malang untuk melakukan pelatihan kepada warga. Ini sangat penting agar masyarakat memiliki pengetahuan mitigasi bencana,” ujar Iwan, Kamis (2/1/2025).
Ia menegaskan pelatihan ini akan didanai melalui anggaran tak terduga.
Kunjungan Langsung dan Apresiasi Warga
Iwan Kurniawan turun langsung ke lokasi terdampak banjir, termasuk kawasan Madyopuro dan Lesanpuro, untuk meninjau kerusakan yang terjadi. Salah satu dampak signifikan adalah kerusakan pada jembatan di Madyopuro Gang 1 dan Lesanpuro Gang 12 yang terhubung dengan Sungai Amprong.
“Pemerintah Kota Malang akan memperbaiki jembatan ini menggunakan anggaran tak terduga. Kerusakan pada jembatan akibat penurunan struktur akan segera ditangani,” tegasnya.
Iwan juga memberikan apresiasi kepada warga dan relawan yang dengan sigap melakukan kerja bakti membersihkan sungai pasca banjir. Menurutnya, semangat gotong royong seperti ini sangat penting untuk mempercepat pemulihan lingkungan.
Pemindahan Alat Peringatan Dini ke Lokasi Strategis
Salah satu langkah strategis yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang adalah memindahkan alat peringatan dini bencana (Early Warning System/EWS) dari kawasan Sawojajar ke Lesanpuro.
“Banjir di Sawojajar kini sudah mulai teratasi. Air cepat surut, sehingga potensi banjir di sana menurun. Oleh karena itu, EWS akan dipindahkan ke Lesanpuro yang lebih membutuhkan,” ungkap Kepala BPBD Kota Malang, Prayitno.
Ia menyebutkan ada dua lokasi potensial untuk pemasangan alat tersebut, yaitu Gang 12 Kelurahan Lesanpuro atau Jalan Ki Ageng Gribig Gang 2.
“Keputusan ini diambil karena Lesanpuro sebelumnya tidak dianggap sebagai wilayah rawan banjir, sehingga tidak ada alat peringatan dini yang terpasang di sana,” sebut Prayitno.
Prayitno juga menyatakan pemantauan debit air di Sungai Amprong akan ditingkatkan selama musim penghujan.
“BPBD Kota Malang telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Malang untuk mengantisipasi aliran air dari wilayah Tumpang,” jelas Prayitno.
Dampak Banjir dan Bantuan untuk Warga
Iwan menyebutkan banjir yang terjadi pada 24 Desember 2024 telah merendam ratusan rumah warga di kawasan Lesanpuro dan Madyopuro. Banyak keluarga yang kehilangan harta benda dan terpaksa mengungsi sementara waktu.
“Pemerintah Kota Malang, melalui BPBD, telah menyalurkan bantuan berupa kebutuhan pokok untuk meringankan beban warga terdampak,” terang Iwan.
Iwan menyampaikan keprihatinannya atas bencana tersebut. Ia juga menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat, terutama kebiasaan membuang sampah sembarangan ke sungai, yang turut memicu terjadinya banjir.
“Larangan membuang sampah ke sungai harus terus diingatkan. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama,” lugas Iwan.
Langkah Jangka Panjang untuk Kota Malang
Bencana banjir ini menjadi pengingat penting bagi pemerintah dan masyarakat Kota Malang untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat infrastruktur. Selain memperbaiki jembatan dan memindahkan EWS, pemerintah juga berencana menggelar lebih banyak program edukasi mitigasi bencana di wilayah rawan.
“Semangat gotong royong, edukasi, dan peningkatan infrastruktur diharapkan mampu meminimalkan risiko bencana di masa depan. Pemerintah Kota Malang berkomitmen untuk terus melindungi warganya dari ancaman bencana alam yang mungkin datang,” tandas Iwan. (04/iKoneksi.com)
Komentar