Kota Malang, iKoneksi.com – Dalam rangka memperingati Dies Natalis Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) ke-66, sebuah acara istimewa digelar pada Sabtu (04/01/2025) di GOR 2 Universitas Tribhuwana Tungga Dewi (Unitri), Kota Malang. Acara ini menghadirkan bedah buku berjudul Merahnya Ajaran Bung Karno bersama Dr. Airlangga Pribadi, penulis buku tersebut, sebagai pembicara utama.
Acara ini dipandu oleh Prof. Ir. Wani Hadi Utomo, Ph.D., seorang tokoh penting sekaligus penyelenggara kegiatan, yang menekankan pentingnya menghidupkan kembali ajaran Bung Karno yang sempat dilarang pada masa Orde Baru.
Menggali Kembali Ajaran yang Pernah Terpinggirkan
Dalam pidatonya, Wani mengenang masa-masa kelam ketika ajaran Bung Karno dianggap tabu bahkan berbahaya.
“Generasi seusia saya pernah merasakan zaman Orde Baru, di mana membuka buku tentang ajaran Bung Karno saja bisa dianggap pelanggaran hukum,” ujar kepala yayasan Unitri itu saat ditemui seusai kegiatan, Sabtu (4/1/2025).
Sebagai mantan Ketua GSNI Lamongan tahun 1966, Wani menyampaikan ia menerima amanat langsung dari Bung Karno untuk melaksanakan ajaran sang proklamator. Amanat tersebut terus ia bawa hingga kini, dengan keyakinan bahwa ajaran Bung Karno masih relevan untuk menjawab tantangan bangsa dan dunia saat ini. Menurut Wani, ajaran Bung Karno mengandung nilai-nilai mendalam tentang persatuan, keadilan sosial, dan spiritualitas yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan bangsa.
“Saya menilai banyak generasi yang lahir pasca-1970-an tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang ajaran tersebut, sehingga perlu ada upaya serius untuk kembali mengenalkannya,” seru Wani.
Mengemas Ajaran dalam Konteks Modern
Wani memberikan apresiasi kepada Dr. Airlangga Pribadi atas usahanya mengemas ajaran Bung Karno dalam buku Merahnya Ajaran Bung Karno. Buku ini, menurut Wani, berhasil merangkum nilai-nilai inti dari ajaran Bung Karno, termasuk Pancasila, sebagai fondasi ideologi bangsa Indonesia.
“Buku ini menjadi panduan penting, tidak hanya untuk memahami ajaran Bung Karno, tetapi juga untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, para peserta yang hadir dari berbagai daerah seperti Surabaya, Tuban, dan Malang dapat menjadikan buku ini sebagai refleksi atas sejauh mana kita mengimplementasikan ajaran Bung Karno,” ungkap Wani.
Harapan Akan Persatuan dan Keberlanjutan Marhaenisme
Pada akhir acara, Wani menyampaikan harapan besar kepada generasi muda yang hadir. Ia menekankan pentingnya marhaenisme, ajaran Bung Karno yang menekankan pada keadilan sosial dan demokrasi ekonomi, untuk terus berkembang tanpa terpecah-pecah.
“Marhaenisme tidak boleh memisahkan diri, tetapi harus menjadi satu kekuatan untuk mewujudkan sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan keadilan sosial. Inilah amanat Bung Karno yang harus kita jaga bersama,” tegas Wani.
Menginspirasi Generasi Muda untuk Meneruskan Perjuangan
Acara ini tidak hanya menjadi ajang diskusi intelektual, tetapi juga refleksi mendalam tentang warisan pemikiran Bung Karno. Kehadiran peserta lintas generasi menunjukkan bahwa ajaran proklamator ini masih memiliki daya tarik yang kuat, terutama dalam konteks mencari solusi atas permasalahan bangsa.
“Dengan semangat Dies Natalis ke-66, saya mewakili GSNI berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi wadah untuk memperkuat pemahaman generasi muda tentang ajaran Bung Karno dan membangun kesadaran akan pentingnya persatuan, keadilan, dan demokrasi sosial,” tukas Wani. (04/iKoneksi.com)
Komentar