Jakarta, iKoneksi.com — Setelah menerapkan Kurikulum Merdeka di berbagai jenjang pendidikan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) tengah menggodok wacana penerapan Kurikulum Deep Learning sebagai langkah selanjutnya dalam reformasi pendidikan Indonesia.
Dalam wacana yang disampaikan Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, mengatakan kurikulum ini difokuskan pada konsep deep learning atau pembelajaran mendalam yang mendorong siswa untuk lebih kritis dan kreatif dalam berpikir, serta mampu memahami suatu ilmu secara mendalam, bukan sekadar hafalan.
“Kurikulum Deep Learning akan menjadi langkah transformatif untuk mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kompleks dengan pendekatan kreatif dan berpikir kritis. Kami ingin siswa tidak hanya mampu mengingat informasi, tetapi juga memahami konsep secara menyeluruh sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata,” kata Abdul dalam video yang diunggah oleh Ketua Umum Matematika Nusantara, Moch. Fatkoer Rohman lewat akun Instagramnya @fatkoer, dikutip iKoneksi.com Kamis (7/11/2024).
Abdul menyebutkan kurikulum ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa dengan pendekatan yang lebih dalam dan mendorong guru untuk terus berinovasi.
Dalam Kurikulum Deep Learning, jumlah mata pelajaran di sekolah akan dikurangi, sehingga siswa mempelajari materi yang lebih ringan namun dengan pemahaman yang mendalam. Dengan begitu, materi pelajarannya mungkin lebih ringan, tetapi cara penyampaiannya akan lebih mendalam,” jelas Abdul.
Ia mengungkapkan guru diharapkan dapat berimprovisasi, sehingga siswa mampu mengembangkan pemikirannya secara lebih luas.
“Kurikulum ini berfokus pada tiga elemen utama yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyful Learning. Mindful Learning bertujuan memberikan ruang bagi siswa untuk aktif dalam proses belajar, dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi individu mereka,” sebut Abdul.
Dalam Meaningful Learning, menurut Abdul siswa diajak memahami alasan di balik pembelajaran agar mereka tahu pentingnya materi tersebut dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi mereka.
“Joyful Learning, elemen ketiga, saling terkait dengan Meaningful Learning. Saat siswa memahami manfaat dari materi yang dipelajari, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Meski begitu, Joyful Learning bukan sekadar proses yang menyenangkan, tetapi lebih pada pendekatan yang memberi kepuasan melalui pemahaman mendalam, sehingga siswa benar-benar memahami dan menikmati materi yang diajarkan,” ungkap Abdul.
Meskipun wacana Kurikulum Deep Learning masih dalam tahap kajian, Abdul optimis penerapan kurikulum ini akan membawa perubahan.
“Dengan perubahan kurikulum ini, kami berharap dapat mencetak siswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki pemahaman yang dalam dan keterampilan berpikir kritis yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata,” pungkas Abdul. (04/iKoneksi.com)
Komentar