Kota Malang, iKoneksi.com – Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal literasi. Berdasarkan laporan UNESCO, Indonesia berada di peringkat kedua terbawah dalam literasi dunia. Data menunjukkan hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang memiliki kebiasaan membaca. Bahkan, menurut Programme for International Student Assessment (PISA), skor literasi membaca Indonesia hanya mencapai 359, menempatkan negara ini di peringkat 70 dari 80 negara. Kondisi ini menunjukkan urgensi untuk meningkatkan budaya literasi sebagai fondasi pendidikan dan pengembangan karakter bangsa.
Membaca lebih dari sekadar aktivitas belajar. Ini adalah pintu gerbang untuk memperoleh pengetahuan baru, melatih kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan kreativitas. Namun, rendahnya budaya membaca di Indonesia menjadi tantangan besar dalam mencetak generasi yang kompetitif di tingkat global.
Melihat fenomena ini, dr. Gamal Albinsaid, anggota Komisi X DPR RI, mengusulkan langkah strategis untuk meningkatkan literasi di kalangan generasi muda. Salah satu gagasan utama yang ia tekankan adalah mewajibkan siswa membaca selama 15-30 menit sebelum memulai pelajaran di sekolah. Menurutnya, kebiasaan membaca harus dimulai dari langkah kecil, tetapi konsisten, agar dapat menciptakan perubahan besar.
“Bisa kita buat sebuah gerakan yang lebih lugas dan luwes, tidak lagi mengandalkan festival literasi, tetapi gerakan membaca 15-30 menit sebelum pelajaran dimulai. Itu kan no cost, tapi insya Allah akan mampu membuat movement yang besar di tengah-tengah masyarakat,” tegas Gamal.
Langkah Strategis Meningkatkan Literasi
Gamal menyampaikan beberapa langkah konkret untuk membangun budaya literasi yang kuat di Indonesia:
- Mewajibkan Siswa Membaca
Setiap siswa diwajibkan membaca buku selama 15-30 menit sebelum kelas dimulai. Langkah ini dinilai sederhana, tanpa memerlukan biaya besar, tetapi berdampak signifikan dalam membangun kebiasaan membaca.
- Memperluas Akses Perpustakaan di Ruang Publik
Perpustakaan di tempat-tempat strategis, seperti pasar dan terminal, akan memperluas akses masyarakat terhadap buku. Dengan demikian, membaca dapat menjadi kegiatan yang mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
- Memberikan Penghargaan untuk Kemajuan Literasi
Memberikan apresiasi kepada siswa atas pencapaian literasi mereka, seperti hadiah berupa buku, dapat memotivasi anak-anak untuk lebih giat membaca.
Gerakan yang Dibangun dari Kebiasaan
Menurut Gamal, kebiasaan membaca memang harus dipaksakan terlebih dahulu agar menjadi rutinitas.
“Dengan terbiasanya siswa membaca, maka tingkat literasi di Indonesia akan semakin membaik. Ini adalah langkah kecil menuju perubahan besar,” ujarnya.
Ia menekankan kebiasaan membaca adalah investasi untuk masa depan.
“Usulan ini bukan hanya upaya meningkatkan kemampuan akademik, tetapi juga menciptakan generasi muda yang memiliki wawasan luas dan kemampuan berpikir yang kritis,” sebut Gamal.
Menuju Indonesia Emas 2045
Langkah ini merupakan bagian dari upaya mencetak generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Dengan membangun budaya baca sejak dini, Indonesia tidak hanya akan menciptakan sumber daya manusia yang kompeten, tetapi juga masyarakat yang memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Usulan Gamal mencerminkan optimisme bahwa membangun budaya literasi tidak memerlukan langkah yang rumit atau mahal.
“Dengan gerakan sederhana, seperti membaca sebelum pelajaran dimulai, Indonesia dapat perlahan keluar dari peringkat rendah literasi dunia. Langkah ini adalah kunci untuk membawa bangsa menuju masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing tinggi. Literasi bukan sekadar angka statistik, melainkan fondasi bagi peradaban. Jika kebiasaan membaca mulai ditanamkan sejak dini, harapan untuk melihat Indonesia sebagai negara maju dengan masyarakat yang berkualitas akan semakin nyata,” tukas Gamal. (04/iKoneksi.com)
Komentar