banner 728x250

Pembangunan GOR Asahan Terbengkalai, Dispora Dituding Mark Up Anggaran

  • Bagikan
banner 468x60

Kabupaten Asahan, iKoneksi.com – Pembangunan Gedung Olahraga (GOR) yang dilakukan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Kabupaten Asahan menuai kontroversi. Proyek yang menelan anggaran miliaran rupiah ini dinilai tidak kunjung selesai dan justru terbengkalai, memicu dugaan adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaannya.

Situasi ini mendorong Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Se-Kabupaten Asahan untuk menggelar aksi unjuk rasa di kantor Dispora Kabupaten Asahan pada Kamis, 6 Maret 2025. Mereka menuntut transparansi penggunaan anggaran serta meminta pertanggungjawaban pejabat terkait.

Anggaran Besar, Hasil Tak Sesuai Ekspektasi

Dalam orasinya, Ricky Sencaka, selaku koordinator lapangan aksi, mengungkapkan bahwa proyek pembangunan GOR ini menyedot anggaran fantastis, tetapi hasilnya dinilai tidak sebanding dengan dana yang digelontorkan.

Berdasarkan data yang mereka peroleh, total anggaran yang telah dikucurkan dari APBD 2024 meliputi:

  • Pembangunan GOR: Rp 3.230.000.000
  • Belanja konstruksi perencanaan lanjutan GOR: Rp 60.000.000
  • Rehabilitasi Stadion Mutiara: Rp 1.140.000.000
  • Belanja konstruksi perencanaan arsitektur lanjutan Stadion Mutiara: Rp 37.500.000

“Namun, hingga saat ini, kondisi fisik pembangunan tidak mencerminkan besarnya anggaran yang telah dikeluarkan,” katanya.

ia menilai proyek ini sarat dengan markup anggaran, bahkan mengindikasikan adanya dugaan penyimpangan yang melibatkan kepala dinas Dispora dan pihak kontraktor.

“Dengan dana miliaran, seharusnya pembangunan sudah rampung atau setidaknya menunjukkan progres signifikan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, bangunan terbengkalai dan kami mencium adanya penyimpangan,” ujar Ricky dengan nada tegas.

Dispora Lempar Tanggung Jawab, Aksi Massa Meningkat

Saat aksi berlangsung, Sekretaris Dispora Kabupaten Asahan keluar menemui massa dan memberikan pernyataan bahwa hanya kepala dinas yang mengetahui detail proyek ini. Ia berjanji akan menyampaikan tuntutan mahasiswa kepada atasannya.

Namun, pernyataan ini justru memicu kemarahan para demonstran. Rucky menilai seorang sekretaris dinas seharusnya memahami dan mengetahui penggunaan anggaran yang ada, bukan justru melempar tanggung jawab kepada kepala dinas yang kebetulan tidak berada di tempat.

“Tidak mungkin seorang sekretaris dinas tidak tahu soal anggaran yang dikelola instansinya sendiri! Ini semakin memperkuat dugaan bahwa ada sesuatu yang ditutupi,” seru Ricky

Massa aksi pun semakin menaruh kecurigaan bahwa proyek pembangunan GOR ini bukan sekadar kelalaian administrasi, tetapi mengarah pada indikasi korupsi yang terstruktur.

Tuntutan Mahasiswa: Transparansi dan Penegakan Hukum

Dalam aksinya, Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Se-Kabupaten Asahan menuntut beberapa hal, antara lain:

  1. Transparansi penggunaan anggaran proyek GOR dan Stadion Mutiara.
  2. Pemeriksaan terhadap Kepala Dispora dan pihak kontraktor yang terlibat dalam proyek ini.
  3. Audit independen terhadap seluruh proyek Dispora yang bersumber dari APBD 2024.
  4. Mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut dugaan KKN dalam pembangunan ini.

Ia juga menyatakan aksi ini tidak akan berhenti sampai ada kejelasan dan tindakan tegas dari pemerintah maupun aparat penegak hukum.

“Jangan sampai kasus ini dibiarkan begitu saja. Jika memang ada indikasi penyimpangan, maka pihak yang terlibat harus diproses hukum tanpa pandang bulu,” tekan Ricky.

Masyarakat Menanti Kejelasan

Kasus terbengkalainya pembangunan GOR di Kabupaten Asahan kini menjadi perhatian publik. Warga berharap agar dugaan penyelewengan dana miliaran rupiah ini segera diusut tuntas agar tidak menjadi bencana bagi dunia olahraga di daerah.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Kepala Dispora Kabupaten Asahan terkait tuntutan massa aksi. (04/iKoneksi.com)

banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *