Kabupaten Malang, iKoneksi.com – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan program Green Charity 3.0, ratusan pohon dari berbagai jenis ditanam di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randuagung, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Kamis (12/6/2025). Kegiatan ini digagas oleh komunitas lingkungan Alamku Hijau, bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang serta perusahaan Bentoel Group.
Sebanyak 868 pohon ditanam secara serentak oleh ratusan relawan dan mitra lingkungan, dengan harapan dapat mengubah wajah TPA Randuagung menjadi lebih hijau, produktif, dan ramah lingkungan. Jenis pohon yang ditanam antara lain trembesi, sengon, mahoni, tabebuya, dan beberapa jenis tanaman keras lainnya yang cocok untuk lahan bekas pembuangan sampah.
Alamku Hijau: Dari Kampanye Jadi Gerakan Nyata
Founder Alamku Hijau, Fitri Harianto yang akrab disapa Cak Ndan, mengatakan gerakan ini adalah bagian dari upaya jangka panjang komunitas untuk menyadarkan masyarakat bahwa lingkungan bisa dirawat dengan aksi kecil namun konsisten.
“Dulu kami hanya kampanye, sekarang kami bergerak. TPA bukan tempat yang harus ditakuti atau dijauhi, tapi justru menjadi ladang amal jika dikelola dengan cinta terhadap bumi,” kata Cak Ndan.

Menurutnya, jumlah 868 pohon ini bukan sekadar angka, tapi simbol optimisme bahwa bumi masih bisa diselamatkan, dimulai dari titik yang dianggap paling kotor. Cak Ndan juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
“Green Charity ini bukan milik Alamku Hijau saja. Ini milik semua yang masih peduli. Pemerintah, swasta, komunitas, semua harus bersatu. Kalau ingin perubahan besar, tak bisa jalan sendiri-sendiri,” jelas Cak Ndan.
DLH Kabupaten Malang: TPA Tak Boleh Dibiarkan Tandus
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Malang, Ahmad Dzulfikar Nurrahman, menyambut positif inisiatif yang dilakukan oleh komunitas dan mitra swasta. Menurutnya, TPA Randuagung merupakan lokasi yang strategis dan layak untuk direhabilitasi secara bertahap agar tidak menjadi ancaman ekologis di masa depan.
“Kami di DLH melihat gerakan ini sebagai sinyal positif bahwa pengelolaan lingkungan tak hanya menjadi beban pemerintah. Masyarakat mulai terlibat aktif. Ini yang kami dorong,” kata Dzulfikar.

Ia juga menjelaskan penghijauan di area TPA tidak hanya berdampak pada estetika, tetapi juga pada kualitas udara, suhu lingkungan, hingga kestabilan tanah.
“Apalagi dengan pohon-pohon jenis peneduh dan penyerap polutan, seperti trembesi dan tabebuya, kami optimis perubahan nyata bisa terjadi dalam 5–10 tahun ke depan,” paparnya.
Green Charity 3.0: Bukan Sekadar Seremonial
Tahun ini merupakan edisi ketiga dari kegiatan Green Charity yang digelar Alamku Hijau. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan kali ini lebih menyentuh isu konkret, yakni pemulihan ekosistem TPA. Selain penanaman pohon, acara juga diisi dengan edukasi lingkungan, pameran produk daur ulang, serta sesi pelatihan pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Lebih dari ratusan peserta hadir dalam kegiatan tersebut, mulai dari relawan, komunitas sekolah, pegiat lingkungan, hingga warga sekitar. Momen ini juga menjadi sarana edukasi bahwa TPA bukan sekadar titik akhir sampah, melainkan juga titik awal dari transformasi ekologis jika dikelola dengan tepat.
Membangun Harapan dari Lahan Bekas Sampah
Tak bisa dipungkiri, stigma negatif terhadap TPA masih melekat kuat di tengah masyarakat. Namun melalui gerakan seperti Green Charity 3.0, perlahan persepsi itu mulai berubah. Suara serempak dari para relawan hari itu menyuarakan satu hal: bahwa bumi layak diperjuangkan, mulai dari tempat yang selama ini dianggap tak berarti.
“Hijau itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Dan kita semua punya andil untuk mewujudkannya,” ungkap Cak Ndan, penuh semangat.
“Gerakan ini menjadi bukti nyata cinta terhadap lingkungan bisa tumbuh dari tempat paling tidak disangka. TPA Randuagung kini bukan hanya tempat buangan, tapi juga ruang harapan yang terus tumbuh,” tutup Cak Ndan. (04/iKoneksi.com)