Jakarta Bukan Persinggahan Menuju Istana

Berita248 Dilihat

Jakarta, iKoneksi.com – Benang kusut pada Pilkada Daerah Khusus Jakarta 2024, menjadi perbincangan serius di elit politik Nasional sampai ke kalangan bawah masyarakat Jakarta.

Pada 22 Juni 2024 Jakarta menginjak usia ke 497 tahun, hampir setengah abad.
Jakarta merupakan pusat peradaban di Indonesia, menjadi metropolitan terbesar di republik ini.

Data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI tahun 2023, penduduk Jakarta mencapai 10.672.100 jiwa. Jakarta menjadi Provinsi terpadat di pulau Jawa. Karena kepadatan penduduknya, muncul kompleksitas beragam permasalahan di masyarakat. Mulai dari permasalahan ekonomi, banjir , kemacetan, hukum dan banyak lagi.

Melihat kompleksitas permasalahan Jakarta, harusnya memiliki seorang nakhoda yang handal. Harus serius karena sangat dibutuhkan pemikiran dan kerja nyata, tulus demi terwujudnya Jakarta bak kota kota maju di Eropa, Amerika atau seperti kota di negara tetangga kita.

Ironinya, saat ini harapan pada masyarakat kecil terabai oleh tindak tanduk pemangku elit politik. Jakarta hanya dijadikan sebagai batu pijakan untuk mencapai puncak kekauasaan di republik ini, setidaknya terjadi sejak tahun 2012.

Pemimpin yang duduk di Jakarta semata mata hanya setengah hati dalam meramu Jakarta menjadi baik. Setengahnya lagi menjadikan kota ini sebagai bahan ekploitasi untuk mecapai ketenaran untuk perhelatan pemilihan presiden. Santer terdengar di ruang publik, bila ingin menjadi Presiden salah satu tangga paling cepat adalah dari kursi Gubernur Jakarta
Itu membuat para elit politik berbondong bodong memperbutkan Jakarta demi kepentingan perhelatan pilpres bukan lagi untuk niatan membagun.

Masyarakat berharap kepada elit elit politik saat ini, agar lahir calon pemimpin Jakarta. Pilihannya adalah orang orang yang benar benar ingin membangun Jakarta setidaknya selama 10 tahun mendatang. Masyarakat jangan dihadapkan dengan pilihan berdasarkan kepentingan elit yang buta kepentingan masyarakat .

Tanpa kerja yang serius, Jakarta akan stagnan. Bahkan bisa terjadi kemunduran dari aspek penilaian sebagai kota metropolitan. Pada ujungnya masyarakat juga yang susah.

Pada jauh hari muncul beberapa nama yang di nilai serius tanpa embel embel kepentingan Pilpres 2029. Ada Jansen Sitindaon (Wasekjen DPP Partai Demokrat) , Heru Budi (Pj Gubernur Pro DKJ), Prasetyo Edi Marsudi (Ketua DPRD DKJ) serta beberapa nama lainnya

Masyarakat berharap sangat, seperti mereka inilah yang cocok untuk Jakarta kedapannya. Mereka jauh dari kepentingan Pilplres murni kepentingan membangun Jakarta.

Komentar