banner 728x250

Menyusuri Jejak Luka Kolonial di Jalan Ijen Malang

  • Bagikan
banner 468x60

Kota Malang, iKoneksi.com – Kota Malang tak hanya indah karena sejuk udaranya dan rindangnya pepohonan di sepanjang jalan. Di balik bangunan megah bergaya Eropa yang tersebar di sudut-sudut kota, tersimpan luka sejarah yang mungkin tak banyak diketahui.

Salah satu cara untuk menyibak jejak masa lalu itu adalah dengan mengikuti History Fun Walk, sebuah tur berjalan kaki yang memperkenalkan sisi gelap dan terang sejarah Kota Malang kepada publik.

Pada Minggu pagi yang cerah, penulis mengikuti tur ini dan menyusuri kawasan Bouwplan VII di jantung kota. Selama tiga jam, peserta diajak menjelajahi rute yang penuh cerita: mulai dari Simpang Balapan, Jalan Ijen, Jalan Dempo, Jalan Tanggamus, hingga Jalan Pucuk. Tur ini dipandu oleh dua sosok pemandu lokal, Mas Han dan Mas Yehezkiel, yang dengan lugas membagikan kisah-kisah yang tak diajarkan di buku pelajaran.

Simpang Balapan: Jejak Pacuan Kuda dan Pahlawan Asal Malang

Nama Simpang Balapan ternyata bukan berasal dari aksi balap liar masa kini, melainkan dari arena pacuan kuda yang dibangun pada 1920. Arena ini dulunya berada di lahan yang kini menjadi Poltekkes Malang. Jalan yang mengarah ke arena pacuan disebut Simpang Balapan, dan latarnya adalah Gunung Arjuno yang megah. Bahkan, di tahun 1938, lokasi ini sempat dijadikan tempat Jambore Internasional oleh organisasi kepanduan dunia.

Tepat di seberangnya berdiri patung Hamid Rusdi, seorang pejuang asal Pagak, Malang, pencetus bahasa walikan yang digunakan untuk mengecoh tentara Jepang. Ia gugur saat Agresi Militer Belanda II tahun 1949 dan kini dikenang lewat monumen di Simpang Balapan.

Jalan Ijen: Keindahan Arsitektur dan Jejak Interniran

Jalan Ijen yang teduh dan tertata rapi sejatinya merupakan simbol kemewahan kolonial. Dirancang oleh arsitek Thomas Karsten, kawasan ini menggunakan konsep boulevard dan tematik penamaan dari nama-nama gunung, seperti Kawi, Semeru, hingga Salak. Di kawasan ini juga berdiri Gereja Katedral Ijen, bangunan Katolik megah dengan konstruksi beton bertulang pertama di Hindia Belanda.

Namun, di balik keindahannya, kawasan ini menyimpan cerita pilu masa penjajahan Jepang. Saat Jepang menduduki Malang pada 1942, wilayah ini diubah menjadi kamp interniran, penjara besar untuk orang-orang Belanda, terutama perempuan dan anak-anak. Rumah-rumah di Jalan Ijen, Jalan Bromo, Wilis, dan sekitarnya dipenuhi lebih dari 50 tahanan per bangunan. Kebutuhan hidup sangat terbatas, dan banyak dari mereka harus bertahan dengan kondisi menyedihkan hingga akhir pendudukan.

Perjuangan TRIP dan Pertumpahan Darah di Jalan Salak

Dekat dengan kawasan Ijen, berdiri Taman Makam Pahlawan TRIP yang menyimpan kisah heroik pemuda pelajar Indonesia dalam menghadang pasukan Belanda saat Agresi Militer I. Pemuda TRIP mempertahankan Malang dengan perlengkapan seadanya. Salah satu titik paling berdarah terjadi di Jalan Salak, tempat puluhan pemuda gugur.

Kini, tempat itu menjadi lokasi peringatan tahunan oleh komunitas reenactor yang mengenang peristiwa tersebut dengan pertunjukan teatrikal.

Melalui History Fun Walk, Kota Malang menunjukkan wajah aslinya sebuah kota yang tidak hanya menyimpan keindahan arsitektur kolonial, tetapi juga luka sejarah yang mendalam. Dari Simpang Balapan hingga Jalan Ijen, setiap langkah membawa pelajaran, setiap bangunan menyimpan kisah, dan setiap sudut menunggu untuk diceritakan kembali. Bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang kota ini, menyusuri jejak masa lalu bisa menjadi pengalaman yang membuka mata dan hati. (04/iKoneksi.com)

banner 325x300banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *