Kemendikti Saintek Tanggapi Gaji Dosen Universitas Bandung Tertunda

Jakarta, iKoneksi.com – Persoalan gaji yang belum dibayarkan lebih dari enam bulan kepada dosen dan tenaga kerja di Universitas Bandung kembali mencuri perhatian. Terkait dengan hal ini, Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Togar Mangihut Simatupang, angkat bicara dan mengimbau pihak yang berwenang untuk mencari jalan keluar terbaik. Togar meminta agar masalah tersebut segera diselesaikan oleh Yayasan Bina Administrasi (YBA) sebagai penyelenggara kampus.

“Saya harap semua pihak bisa mencari jalan tengah. Semoga ada solusi baik sementara maupun jangka panjang untuk masalah ini,” ujar Togar.

Menurut Togar, meski persoalan pembayaran gaji menjadi perhatian, namun hal tersebut dianggap sebagai masalah internal kampus yang perlu diselesaikan oleh pihak yayasan dan tidak berkaitan dengan dugaan penyalahgunaan dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang tengah diselidiki. Di sisi lain, sekitar 60 pegawai, termasuk dosen dan staf di Fakultas Kesehatan dan Teknik Universitas Bandung, mengeluhkan masalah ini. Mereka belum menerima gaji selama lebih dari enam bulan. Kasus ini semakin memanas setelah munculnya dugaan keterlibatan mantan rektor dalam penyalahgunaan dana PIP, yang kini tengah diselidiki oleh pihak berwajib. Meski begitu, Togar menegaskan masalah gaji tidak terkait langsung dengan kasus penyelewengan dana tersebut.

“Pembayaran gaji dosen dan tenaga kerja lainnya adalah masalah internal universitas yang harus diselesaikan oleh yayasan yang bertanggung jawab. Itu adalah masalah yang berbeda dengan kasus penyalahgunaan dana PIP,” tekan Togar.

Sementara itu, Ketua Yayasan Bina Administrasi (YBA), Uce Karna Suganda, mengakui pembayaran gaji yang tertunda ini disebabkan oleh krisis keuangan yang dialami pihak yayasan akibat penutupan beberapa program studi (prodi) di universitas tersebut. Uce menjelaskan, setelah penutupan Fakultas Administrasi Bisnis pada 2023, tiga program studi—Administrasi Publik, Administrasi Bisnis, dan Magister Administrasi Publik—harus ditutup, yang mengakibatkan hilangnya sekitar 2.000 mahasiswa dan pendapatan yayasan.

“Bayangkan, 2.000 mahasiswa hilang, dan pendapatan dari mahasiswa yang seharusnya ada tidak lagi tersedia. Akibatnya, kami kesulitan untuk membayar upah para dosen dan staf,” kata Uce saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Uce juga mengungkapkan saat ini yayasan hanya memiliki Fakultas Kesehatan dan Teknik yang dihuni oleh sekitar 300 mahasiswa. Namun, pendapatan yang diperoleh dari fakultas ini tidak cukup untuk menutupi kewajiban pembayaran gaji.

“Pendapatan yang ada memang tidak cukup untuk membayar gaji, jadi kami tidak bisa membayar, karena uangnya memang tidak ada,” terang Uce.

Menghadapi situasi sulit ini, pihak yayasan tengah berupaya untuk mencari dana dengan menjual aset. Salah satunya adalah bangunan di Kampus 1 yang terletak di Cipagalo Girang, Margasari, Kota Bandung. Sayangnya, upaya tersebut belum membuahkan hasil karena belum ada pembeli yang tertarik. Tidak berhenti di situ, yayasan juga berencana membuka program studi (prodi) baru untuk menarik mahasiswa baru dan mencari investasi guna menstabilkan keuangan kampus.

“Kami sedang merencanakan untuk membuka prodi baru yang bisa menarik mahasiswa baru, sekitar 1000 mahasiswa. Kami juga terus mencari investasi agar dapat kembali stabil dan mampu membayar gaji dosen serta staf,” ujar Uce.

Ia berharap, jika prodi baru ini dapat segera berjalan, masalah gaji yang tertunda dapat segera teratasi.

Sementara itu, para dosen dan tenaga kerja lainnya berharap ada solusi yang cepat dari pihak yayasan maupun Kemendikti Saintek, karena masalah gaji yang tertunda ini telah menambah beban hidup mereka yang semakin berat. Mereka juga meminta pihak terkait untuk lebih serius dalam mencari jalan keluar agar nasib mereka tidak terus terkatung-katung dalam ketidakpastian.

Kementerian Pendidikan Tinggi diharapkan dapat terus memantau perkembangan situasi ini dan memberikan bantuan yang diperlukan agar masalah ini segera selesai. Para dosen dan tenaga kerja Universitas Bandung berharap agar gaji mereka yang tertunda bisa segera dibayarkan dan masa depan kampus tidak terancam oleh masalah keuangan yang berkepanjangan. (04/iKoneksi.com)

Komentar